MASYARAKAT ISLAMI

Diposting oleh AAS | 19.16 | | 0 komentar »

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

Sedangkan kebudayaan yang merupakan unsur pengikat bagi suatu masyarakat memiliki 3 ma`na :

1. Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.

2. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.

3. Hasil akal budi dari alam sekelilingnya dan dipergunakan bagi kesejahteraan hidupnya.

Jika kita lebih mendalam mengkaji kembali Kitabulloh, maka kita dapati bahwa masyarakat dengan ma`na di atas disebutkan dengan kata ummah.

Ma`na ummah mencakup empat unsur pokok :

1. Thoifah (Sejumlah manusia)

Alloh swt berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً ...

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (komunitas manusia)… ", (QS. An Nahl (16): 36)

2. Zaman (masa tertentu)

وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ

Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada) Yusuf sesudah beberapa waktu lamanya (QS. Yusuf (12): 45)

3. Imam (pemimpin)

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam …(QS. An Nahl (16): 120)

4. Millah (agama)

وَكَذَلِكَ مَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلاَّ قَالَ مُتْرَفُوهَآ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِم مُّقْتَدُونَ

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama ". (QS. Az Zukhruf (43): 23) [Selebihnya...]

Oleh sebab itu, Ummah – menurut Ar Roghib Al Isfahani – berarti :

كُلُّ جَمَاعَةٍ يَجْمَعُهُمْ أَمْرٌمَا إِمَّا دِيْنٌ وَاحِدٌ أَوْزَمَانٌ وَاحِدٌ أَوْمَكَانٌ وَاحِدٌ سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ الأَمْرُ الْجَامِعُ تَسْخِيْراً أَوْاخْتِيَاراً

“Setiap jama`ah (sejumlah orang tertentu) yang terikat oleh sesuatu, baik oleh satu agama, satu masa atau satu tempat, baik ikatannya bersifat proses alamiyah maupun proses upaya manusia”.

Begitulah manusia sejak awwal merupakan makhluk yang hidup dalam ummah (suatu masyarakat) yang diikat oleh ikatan tertentu. Perbedaannya adalah bahwa apa yang disebutkan oleh banyak orang sebagai budaya sebagai pengikat suatu masyarakat, disebutkan oleh Al Qur`an sebagai agama, karena tidak ada satu budayapun yang lahir tanpa asas agama sebagai prinsip lahirnya. Alloh swt menyebutkan bahwa pada awalnya manusia berada dalam satu masyarakat yang hanya diikat oleh satu agama, yaitu Islam atau tauhid dimana seluruh kebudayaannya adalah kebudayaan yang mengabdi hanya kepada Alloh swt.

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلاَّ الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَاجَآءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللهُ يَهْدِي مَن يَشَآءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Manusia itu adalah ummat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al Baqarah (2): 213)

Ibnu Abbas rda berkata :

كَانَ بَيْنَ آدَمَ وَنُوْحٍ عَشْرَةُ قُرُوْنٍ كُلُّهُمْ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ الْحَقِّ فَاخْتَلَفُوا فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّيْنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ

“Di antara Adam dan Nuh terdapat 10 kurun yang kesemuanya berada di atas syari`at yang hak, kemudian mereka berselisih syari`ah. Maka oleh karena itu, Alloh mengutus para Nabi sebagai pembawa berita gembira dan pembawa berita ancaman”.

Akan tetapi setelah itu terjadilah perubahan besar jiwa dan asas yang mengikat masyarakat, dari ikatan Islam dan tauhid berpaling ke arah ikatan Jahiliyyah dan syirik. Hal tersebut dimulai dari masa masyarakat nabi Nuh `As. Alloh swt menceritakan hal ini dalam firmanNya :

Nuh berkata:"Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, Dan melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka berkata:"Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr", Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. Nuh berkata:"Ya Rabbku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir. Ya Rabbku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". (QS. Nuh (71): 21-28)

Ibnu `Abbas rda berkata ketika mentafsirkan ayat di atas :

أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنْ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمْ الَّتِي كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ

“Semua ini adalah nama para tokoh yang sholih di kalangan kaum Nabi Nuh `as. Tatkala mereka telah mati, syaithon memberikan wahyu kepada kaum mereka ‘hendaklah kalian mendirikan patung–patung sebagai monument di tempat–tempat perkumpulan kalian dan namailah dengan nama-nama mereka, lalu merekapun melakukannya. Akan tetapi pada saat itu belum disembah, sampai di saat mereka mati dan ilmu (agama pun) dilupakan, saat itulah patung-patung tersebut disembah”.

Peristiwa ini tidak terlepas dari proses permusuhan makhluk terla`nat, yaitu Iblis yang dengan kesombongan dan keangkuhannya hendak mewujudkan kerajaan besar pada dirinya yang hendak mencabut dan menghancurkan akar ikatan manusia dengan keraajaan Alloh swt.

Alloh swt menceritakan Iblis dalam firmanNya :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat:"Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman:"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu". Menjawab iblis:"Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman:"Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". Iblis menjawab:"Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman:"Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh". Iblis menjawab:"Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at). Allah berfirman, "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semua". (QS. Al A'raaf (7):11-18)

Bahkan Rosululloh saw menceritakan secara gamblang seluruh usaha Iblis dalam memalingkan manusia dari kerajaan Alloh swt.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ قَالَ الْأَعْمَشُ أُرَاهُ قَالَ فَيَلْتَزِمُهُ. ( رواه مسلم، 2813 في صفة إبليس وجنوده، باب تحريق الشيطان).

Dari Jabir –rda- berkata, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya syetan meletakkan 'arsy (kerajaan) nya di atas air, kemudian mengutus …. Salah seorang dari mereka melapor telah menurunkan fitnah yang besar dengan melakukan hal seperti ini dan seperti ini, kemudian sang raja syetan berkata, 'Tidak ada sesuatu pun yang telah engkau kerjakan. Berkata salah seorang jin, 'Saya telah mendatangi seorang suami dan saya tidak meninggalkannya sampai saya telah memisahkan dia dengan istrinya…

Dari Jabir rda berkata :

عَنْ سَبْرَةَ بْنِ أَبِي فَاكِهٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ فَقَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ تُسْلِمُ وَتَذَرُ دِينَكَ وَدِينَ آبَائِكَ وَآبَاءِ أَبِيكَ فَعَصَاهُ فَأَسْلَمَ ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْهِجْرَةِ فَقَالَ تُهَاجِرُ وَتَدَعُ أَرْضَكَ وَسَمَاءَكَ وَإِنَّمَا مَثَلُ الْمُهَاجِرِ كَمَثَلِ الْفَرَسِ فِي الطِّوَلِ فَعَصَاهُ فَهَاجَرَ ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْجِهَادِ فَقَالَ تُجَاهِدُ فَهُوَ جَهْدُ النَّفْسِ وَالْمَالِ فَتُقَاتِلُ فَتُقْتَلُ فَتُنْكَحُ الْمَرْأَةُ وَيُقْسَمُ الْمَالُ فَعَصَاهُ فَجَاهَدَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ قُتِلَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ وَإِنْ غَرِقَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ وَقَصَتْهُ دَابَّتُهُ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ

Untuk itulah, dengan rahman dan rahim Alloh, Dia mengutus para rasul (utusan)nya untuk membawa misi Islam dan tauhid tersebut kepada setiap ummah (masyarakat). Tidak ada satu ummahpun yang luput dari pengiriman para rasul dengan misi mulianya tersebut.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An Nahl (16): 36)

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَآءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُم بِالْقِسْطِ وَهُمْ لاَيُظْلَمُونَ

Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. (QS. Yunus (10): 47)

كَذَلِكَ أَرْسَلْنَاكَ فِي أُمَّةٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهَآ أُمَمٌ لِّتَتْلُوا عَلَيْهِمُ الَّذِي أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَانِ قُلْ هُوَ رَبِّي لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ

Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (al-Qur'an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir terhadap Rabb Yang Maha Pemurah.Katakanlah:"Dialah Rabbku tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat". (QS. Ar Ra'ad (13): 30)

Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa masyarakat di dunia ini menurut pandangan Kitabulloh hanya memiliki dua ikatan, yaitu masyarakat yang diikat oleh ajaran, system, hukum, tata nilai dan budaya dari para rasul, yaitu Islam dan tauhid atau masyarakat yang diikat oleh ajaran, system, hukum, tata nilai dan budaya yang bukan dari para rasul, yaitu jahiliyyah dan syirik. Bahkan Alloh swt menyebutkan bahwa semua ikatan selain yang berasal dari para rasul itu sebagai ikatan syaithon.

أَلَمْ تَرَإلِىَ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا بِمَآأُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآأُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحاَكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلاَلاً بَعِيدًا

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (QS. An Nisa' (4): 60)

Inilah asas yang dijadikan landasan oleh para fuqoha ketika membagi suatu teritorial dari suatu wujud masyarakat menjadi dua teritorial yaitu Darul Islam dan Darul Kufur.

Ma`na dar lebih menunjukkan pada adanya batas teritorial keberadaan suatu masyarakat. Apakah dar tersebut Islami atau jahili sangat tergantung pada apakah dar tersebut didaulati atau dikuasai oleh masyarakat Islami atau oleh masyarakat jahili.

Untuk itu para fuqoha menyebutkan unsur-unsur pembeda dari kedua dar tersebut :

1. Darul Islam yaitu teritorial yang dikuasai oleh masyarakat Islam, ciri utamanya adalah :

a. Pemimpinnya adalah salah seorang kaum mu`minin

b. Dien Islam tamkin (menjadi kedaulatan hukum).

c. rasa aman bagi kaum mu`minin.

2. Darul Kufur yaitu teritorial yang dikuasai oleh masyarakat jahili, ciri utamanya adalah :

a. Pemimpinnya bukan salah seorang kaum mu`minin

b. Dien Islam tidak tamkin

c. Hilangnya rasa aman kaum mu`minin

Ibnu `Abidin berkata :

اَلْمُرَادُ بِالدَّارِ اَلإِقْلِيْمُ الْمُخْتَصُّ بِقَهْرِ مُلْكِ إِسْلاَمٍ أَوْ كُفْرٍ

“Yang dimaksud dengan dar adalah teritorial tertentu dengan kedaulatan kerajaan Islam atau kufur”.

As Sarkhosi berkata :

إِنَّ الدَّارَ إِنَّمَا تُنْسَبُ إِلَيْنَا أَوْ إِلَيْهِمْ بِاعْتِبَارِِ الْقُوَّةِ وَالْغَلَبَةِ

“Dar dihubungkan untuk kita (Islami) atau untuk mereka (kufri) adalah tergantung pada kekuasaan dan kedaulatannya”.

Al Kasani berkata :

فَإِذَا ظَهَرَتْ أَحْكَامُ الْكُفْرِ فَي دَارٍ فَقَدْ صَارَتْ دَارَ كُفْرٍ

“Jika hukum kufur berdaulat di suatu teritorial, maka jadilah teritorial tersebut darul kufur.”

Abu Ya`la Al Farro Al Hambali berkata :

هِيَ كُلُّ دَارٍ كَانَتِ الْغَلَبَةُ فِيْهَا لأَحْكَامِ الإِسْلاَمِ دُوْنَ أَحْكَامِ الْكُفْرِ

“Darul Islam adalah setiap teritorial dimana di dalamnya kedaulatan berada pada hukum-hukum Islam, bukan hukum-hukum kufur”.

إندونيسيا: دولة إسلامية أو دولة غير إسلامية؟

السؤال الأول من الفتوى رقم (2635)

س: ما الشروط الواجب توفرها في بلد تكون دار حرب أو دار كفر؟

ج: كل بلاد أو ديار يقيم حكامها وذوو السلطان فيها حدود الله ويحكمون رعيتها بشريعة الإسلام، وتستطيع فيها الرعية أن تقوم بما أو جببته الشريعة الإسلامية عليها، فهي دار إسلام، فعلي المسلمين فيها أن يطيعوا حكامها في المعروف، وأن ينصحوا لهم، وأن يكونوا عونا لهم على إقامة شؤون الدولة، ودعمها بها أوتوا من قوة علمية وعملية، ولهم أن يعيشوا فيها، و ألايتحولوا عنها إلا إلى ولاية إسلامية، تكون حالتهم فيها أحسن وأفضل، وذلك كالمدينة بعد هجرة النبي –صم- إليها، وإقامة الدولة الإسلامية فيها، وكمكة بعد الفتح. فإنها صارت بالفتح وتولي المسلمين أمرها دار إسلام بعد أن كانت دار حرب تجب الهجرة منها على من فيها من المسلمين القادرين عليها.

وكل بلاد أو ديار لا يقيم حكامها وذوو السلطان فيها حدود الله ولا يحكون في الرعية بحكم الإسلام، ولا يقوي المسلم فيها على القيام بما وجب عليه من شعائر الإسلام"؛ فهي دار كفر، وذلك مثل مكة المكرمة قبل الفتح؛ فإنها كانت دار كفر، وكذا البلاد التي ينتسب أهلها إلى الإسلام، ويحكم ذوو السلطان فيها يغير ما أنزل الله، ولا يقوي المسلمون فيها على إقام شعائر دينهم، فيجب عليهم شرعا، ومن عجز عن الهجرة منها من الرجال والنساء و الولدان فهو معذور، و على المسلمين في الديار الأخرى أن ينقذوه من ديار الكفر إلى بلاد الإسلام. قال الله تعالى: إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي اْلأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُوْلاَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَآءَتْ مَصِيرًا {97} إِلاَّ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَآءِ وَالْوِلْدَانِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلاَ يَهْتَدُونَ سَبِيلاً {98} فَأُوْلاَئِكَ عَسَى اللهُ أَن يَعْفُوَعَنْهُمْ وَكَانَ اللهُ عَفُوًّا غَفُورًا{99}. ( النساء: 97-99).

وقال تعالى: وَمَالَكُمْ لاَتُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَآءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَآأَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيًرا {75}. ( النساء: 75) أما من قوي من أهلها على إقامة شعائر دينه فيها، وتكمن من إقامة الحجة على الحكام و ذوي السلطان، و أن يصلح من أمرهم ويعدل من سيرتهم، فيشرع له البقاء بين أظهرهم؛ لما يرجي من إقامته بينهم من البلاغ والاصلاح مع سلامته من الفتن.

و بالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

عضو عضو نائب رئيس اللجنة الرئيس

عبد الله بن قعود عبد الله بن غديان عبد الرزاق عفيفي عبد العزيز بن عبد الله بن باز

(فتاوي اللجنة الدائمة اللبحوث العلمية والإفتاء جمع وترتيب: الشيخ أحمد بن عبد الرزاق الدويش: 12/52-53)

"و كل دولة لا تحكم بشرع الله ولا تنقاد لحكم الله فهي دولة جاهلية كافرة طالمة فاسقة بنص هذه الآيات المحكمات، يجب على أهل الإسلام بغضها و معاداتها في الله وتحرم عليهم مودتها و موالاتها حتى تؤمن بالله وحدة وتحكم شريعته."

( مجموع فتاوى و مقالات الشيخ عبد العزيز ين عبد الله بن باز (نقد الومية العربية):1/309.)

( وقفات تربوية في ضوء القرآن الكريم لعبد العزيز بن ناصر الجليل: 3/151.)

"و بلد الشرك هو الذي تقام فيها شعائر الكفر و لا تقام فيه شعائر الإسلام كالأذان والصلاة جماعة و الأعياد و الجمعة على وجه عام شامل. وإنما قلنا على وجه عام شامل ليخرج ما تقام فيه هذه الشعائر على وجه محصور كبلاد الكفار التي فيها أقليات مسملة فإنها لا تكون بلاد إسلام بما تقيمه الأقليات المسلمة فيها من شعائر الإسلام. أما بلاد الإسلام فهي البلاد التي تقام فيها هذه الشعائر على وجه عام شامل"

( شرح ثلاثة الأصول للشيخ محمد بن صالح العثيمين بإعداد فهد بن ناصر إبراهيم السليمان: 129-130)

المطلب الحادي عشر

الغلو فيما يتعلق بالحكم على دار

.....

.....

ويقول ابن القيم: " دار الإسلام: هي التي نزلها المسلمون، وجرت عليها أحكام الإسلام، و ما لم يجر عليه أحكام الإسلام لم يكن دار إسلام وإن لا صقها."

ويقول السرخسي: (( المعتبر في حكم الدار هو السلطان والمنعة في ظهور الحكم))، وعلل ابن حزم هذا بقوله: (( لأن الدار إنما تنسب للغالب عليها والحاكم فيها والمالك لها )).

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka Jakarta Cet ke-2 1989 : 564)

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka Jakarta Cet ke-2 1989 : 131)

Al Mufrodat fi Ghoribil Qur`an. Ar Roghib Al Isfahani, Dar Al Ma`rifah – Beirut, Cet ke-3 tahun 1422 H : 33

Jami` Al Bayan, Ibnu Jarir Ath Thobari : 1/194 serta diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrok : 2 / 546, dia berkata : Shohih menurut syarat Al Bukhori dan keduanya tidak mentakhrijnya serta disepakati oleh Adz Dzahabi dan dishohihkan oleh Ibnu Al Qoyyim dalam Ighotsatul Lahfan : 2 / 620)

Hr. Al Bukhori dalam Shohihnya, Kitab At Tafsir Bab (4920

Hasyiyah Ibnu `Abidin : 4/166

Al Mabsuth : 10/114

Badai`u Ash Shonai`I : 9/4375

AAS (5/12/08)

Da'wah Usaha Mulia

Diposting oleh AAS | 18.19 | | 0 komentar »

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

Sedangkan kebudayaan yang merupakan unsur pengikat bagi suatu masyarakat memiliki 3 ma`na :

1. Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.

2. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.

3. Hasil akal budi dari alam sekelilingnya dan dipergunakan bagi kesejahteraan hidupnya.

Jika kita lebih mendalam mengkaji kembali Kitabulloh, maka kita dapati bahwa masyarakat dengan ma`na di atas disebutkan dengan kata ummah.

Ma`na ummah mencakup empat unsur pokok :

1. Thoifah (Sejumlah manusia)

Alloh swt berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً ...

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (komunitas manusia)… ", (QS. An Nahl (16): 36)

2. Zaman (masa tertentu)

وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ

Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada) Yusuf sesudah beberapa waktu lamanya (QS. Yusuf (12): 45)

3. Imam (pemimpin)

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam …(QS. An Nahl (16): 120)

4. Millah (agama)

وَكَذَلِكَ مَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلاَّ قَالَ مُتْرَفُوهَآ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِم مُّقْتَدُونَ

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama ". (QS. Az Zukhruf (43): 23) [Selebihnya...]

Oleh sebab itu, Ummah – menurut Ar Roghib Al Isfahani – berarti :

كُلُّ جَمَاعَةٍ يَجْمَعُهُمْ أَمْرٌمَا إِمَّا دِيْنٌ وَاحِدٌ أَوْزَمَانٌ وَاحِدٌ أَوْمَكَانٌ وَاحِدٌ سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ الأَمْرُ الْجَامِعُ تَسْخِيْراً أَوْاخْتِيَاراً

“Setiap jama`ah (sejumlah orang tertentu) yang terikat oleh sesuatu, baik oleh satu agama, satu masa atau satu tempat, baik ikatannya bersifat proses alamiyah maupun proses upaya manusia”.

Begitulah manusia sejak awwal merupakan makhluk yang hidup dalam ummah (suatu masyarakat) yang diikat oleh ikatan tertentu. Perbedaannya adalah bahwa apa yang disebutkan oleh banyak orang sebagai budaya sebagai pengikat suatu masyarakat, disebutkan oleh Al Qur`an sebagai agama, karena tidak ada satu budayapun yang lahir tanpa asas agama sebagai prinsip lahirnya. Alloh swt menyebutkan bahwa pada awalnya manusia berada dalam satu masyarakat yang hanya diikat oleh satu agama, yaitu Islam atau tauhid dimana seluruh kebudayaannya adalah kebudayaan yang mengabdi hanya kepada Alloh swt.

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلاَّ الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَاجَآءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللهُ يَهْدِي مَن يَشَآءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Manusia itu adalah ummat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al Baqarah (2): 213)

Ibnu Abbas rda berkata :

كَانَ بَيْنَ آدَمَ وَنُوْحٍ عَشْرَةُ قُرُوْنٍ كُلُّهُمْ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ الْحَقِّ فَاخْتَلَفُوا فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّيْنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ

“Di antara Adam dan Nuh terdapat 10 kurun yang kesemuanya berada di atas syari`at yang hak, kemudian mereka berselisih syari`ah. Maka oleh karena itu, Alloh mengutus para Nabi sebagai pembawa berita gembira dan pembawa berita ancaman”.

Akan tetapi setelah itu terjadilah perubahan besar jiwa dan asas yang mengikat masyarakat, dari ikatan Islam dan tauhid berpaling ke arah ikatan Jahiliyyah dan syirik. Hal tersebut dimulai dari masa masyarakat nabi Nuh `As. Alloh swt menceritakan hal ini dalam firmanNya :

Nuh berkata:"Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, Dan melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka berkata:"Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr", Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. Nuh berkata:"Ya Rabbku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir. Ya Rabbku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". (QS. Nuh (71): 21-28)

Ibnu `Abbas rda berkata ketika mentafsirkan ayat di atas :

أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنْ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمْ الَّتِي كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ

“Semua ini adalah nama para tokoh yang sholih di kalangan kaum Nabi Nuh `as. Tatkala mereka telah mati, syaithon memberikan wahyu kepada kaum mereka ‘hendaklah kalian mendirikan patung–patung sebagai monument di tempat–tempat perkumpulan kalian dan namailah dengan nama-nama mereka, lalu merekapun melakukannya. Akan tetapi pada saat itu belum disembah, sampai di saat mereka mati dan ilmu (agama pun) dilupakan, saat itulah patung-patung tersebut disembah”.

Peristiwa ini tidak terlepas dari proses permusuhan makhluk terla`nat, yaitu Iblis yang dengan kesombongan dan keangkuhannya hendak mewujudkan kerajaan besar pada dirinya yang hendak mencabut dan menghancurkan akar ikatan manusia dengan keraajaan Alloh swt.

Alloh swt menceritakan Iblis dalam firmanNya :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat:"Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman:"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu". Menjawab iblis:"Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman:"Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". Iblis menjawab:"Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman:"Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh". Iblis menjawab:"Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at). Allah berfirman, "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semua". (QS. Al A'raaf (7):11-18)

Bahkan Rosululloh saw menceritakan secara gamblang seluruh usaha Iblis dalam memalingkan manusia dari kerajaan Alloh swt.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ قَالَ الْأَعْمَشُ أُرَاهُ قَالَ فَيَلْتَزِمُهُ. ( رواه مسلم، 2813 في صفة إبليس وجنوده، باب تحريق الشيطان).

Dari Jabir –rda- berkata, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya syetan meletakkan 'arsy (kerajaan) nya di atas air, kemudian mengutus …. Salah seorang dari mereka melapor telah menurunkan fitnah yang besar dengan melakukan hal seperti ini dan seperti ini, kemudian sang raja syetan berkata, 'Tidak ada sesuatu pun yang telah engkau kerjakan. Berkata salah seorang jin, 'Saya telah mendatangi seorang suami dan saya tidak meninggalkannya sampai saya telah memisahkan dia dengan istrinya…

Dari Jabir rda berkata :

عَنْ سَبْرَةَ بْنِ أَبِي فَاكِهٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ فَقَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ تُسْلِمُ وَتَذَرُ دِينَكَ وَدِينَ آبَائِكَ وَآبَاءِ أَبِيكَ فَعَصَاهُ فَأَسْلَمَ ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْهِجْرَةِ فَقَالَ تُهَاجِرُ وَتَدَعُ أَرْضَكَ وَسَمَاءَكَ وَإِنَّمَا مَثَلُ الْمُهَاجِرِ كَمَثَلِ الْفَرَسِ فِي الطِّوَلِ فَعَصَاهُ فَهَاجَرَ ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْجِهَادِ فَقَالَ تُجَاهِدُ فَهُوَ جَهْدُ النَّفْسِ وَالْمَالِ فَتُقَاتِلُ فَتُقْتَلُ فَتُنْكَحُ الْمَرْأَةُ وَيُقْسَمُ الْمَالُ فَعَصَاهُ فَجَاهَدَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ قُتِلَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ وَإِنْ غَرِقَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ وَقَصَتْهُ دَابَّتُهُ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ

Untuk itulah, dengan rahman dan rahim Alloh, Dia mengutus para rasul (utusan)nya untuk membawa misi Islam dan tauhid tersebut kepada setiap ummah (masyarakat). Tidak ada satu ummahpun yang luput dari pengiriman para rasul dengan misi mulianya tersebut.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An Nahl (16): 36)

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَآءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُم بِالْقِسْطِ وَهُمْ لاَيُظْلَمُونَ

Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. (QS. Yunus (10): 47)

كَذَلِكَ أَرْسَلْنَاكَ فِي أُمَّةٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهَآ أُمَمٌ لِّتَتْلُوا عَلَيْهِمُ الَّذِي أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَانِ قُلْ هُوَ رَبِّي لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ

Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (al-Qur'an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir terhadap Rabb Yang Maha Pemurah.Katakanlah:"Dialah Rabbku tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat". (QS. Ar Ra'ad (13): 30)

Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa masyarakat di dunia ini menurut pandangan Kitabulloh hanya memiliki dua ikatan, yaitu masyarakat yang diikat oleh ajaran, system, hukum, tata nilai dan budaya dari para rasul, yaitu Islam dan tauhid atau masyarakat yang diikat oleh ajaran, system, hukum, tata nilai dan budaya yang bukan dari para rasul, yaitu jahiliyyah dan syirik. Bahkan Alloh swt menyebutkan bahwa semua ikatan selain yang berasal dari para rasul itu sebagai ikatan syaithon.

أَلَمْ تَرَإلِىَ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا بِمَآأُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآأُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحاَكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلاَلاً بَعِيدًا

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (QS. An Nisa' (4): 60)

Inilah asas yang dijadikan landasan oleh para fuqoha ketika membagi suatu teritorial dari suatu wujud masyarakat menjadi dua teritorial yaitu Darul Islam dan Darul Kufur.

Ma`na dar lebih menunjukkan pada adanya batas teritorial keberadaan suatu masyarakat. Apakah dar tersebut Islami atau jahili sangat tergantung pada apakah dar tersebut didaulati atau dikuasai oleh masyarakat Islami atau oleh masyarakat jahili.

Untuk itu para fuqoha menyebutkan unsur-unsur pembeda dari kedua dar tersebut :

1. Darul Islam yaitu teritorial yang dikuasai oleh masyarakat Islam, ciri utamanya adalah :

a. Pemimpinnya adalah salah seorang kaum mu`minin

b. Dien Islam tamkin (menjadi kedaulatan hukum).

c. rasa aman bagi kaum mu`minin.

2. Darul Kufur yaitu teritorial yang dikuasai oleh masyarakat jahili, ciri utamanya adalah :

a. Pemimpinnya bukan salah seorang kaum mu`minin

b. Dien Islam tidak tamkin

c. Hilangnya rasa aman kaum mu`minin

Ibnu `Abidin berkata :

اَلْمُرَادُ بِالدَّارِ اَلإِقْلِيْمُ الْمُخْتَصُّ بِقَهْرِ مُلْكِ إِسْلاَمٍ أَوْ كُفْرٍ

“Yang dimaksud dengan dar adalah teritorial tertentu dengan kedaulatan kerajaan Islam atau kufur”.

As Sarkhosi berkata :

إِنَّ الدَّارَ إِنَّمَا تُنْسَبُ إِلَيْنَا أَوْ إِلَيْهِمْ بِاعْتِبَارِِ الْقُوَّةِ وَالْغَلَبَةِ

“Dar dihubungkan untuk kita (Islami) atau untuk mereka (kufri) adalah tergantung pada kekuasaan dan kedaulatannya”.

Al Kasani berkata :

فَإِذَا ظَهَرَتْ أَحْكَامُ الْكُفْرِ فَي دَارٍ فَقَدْ صَارَتْ دَارَ كُفْرٍ

“Jika hukum kufur berdaulat di suatu teritorial, maka jadilah teritorial tersebut darul kufur.”

Abu Ya`la Al Farro Al Hambali berkata :

هِيَ كُلُّ دَارٍ كَانَتِ الْغَلَبَةُ فِيْهَا لأَحْكَامِ الإِسْلاَمِ دُوْنَ أَحْكَامِ الْكُفْرِ

“Darul Islam adalah setiap teritorial dimana di dalamnya kedaulatan berada pada hukum-hukum Islam, bukan hukum-hukum kufur”.

إندونيسيا: دولة إسلامية أو دولة غير إسلامية؟

السؤال الأول من الفتوى رقم (2635)

س: ما الشروط الواجب توفرها في بلد تكون دار حرب أو دار كفر؟

ج: كل بلاد أو ديار يقيم حكامها وذوو السلطان فيها حدود الله ويحكمون رعيتها بشريعة الإسلام، وتستطيع فيها الرعية أن تقوم بما أو جببته الشريعة الإسلامية عليها، فهي دار إسلام، فعلي المسلمين فيها أن يطيعوا حكامها في المعروف، وأن ينصحوا لهم، وأن يكونوا عونا لهم على إقامة شؤون الدولة، ودعمها بها أوتوا من قوة علمية وعملية، ولهم أن يعيشوا فيها، و ألايتحولوا عنها إلا إلى ولاية إسلامية، تكون حالتهم فيها أحسن وأفضل، وذلك كالمدينة بعد هجرة النبي –صم- إليها، وإقامة الدولة الإسلامية فيها، وكمكة بعد الفتح. فإنها صارت بالفتح وتولي المسلمين أمرها دار إسلام بعد أن كانت دار حرب تجب الهجرة منها على من فيها من المسلمين القادرين عليها.

وكل بلاد أو ديار لا يقيم حكامها وذوو السلطان فيها حدود الله ولا يحكون في الرعية بحكم الإسلام، ولا يقوي المسلم فيها على القيام بما وجب عليه من شعائر الإسلام"؛ فهي دار كفر، وذلك مثل مكة المكرمة قبل الفتح؛ فإنها كانت دار كفر، وكذا البلاد التي ينتسب أهلها إلى الإسلام، ويحكم ذوو السلطان فيها يغير ما أنزل الله، ولا يقوي المسلمون فيها على إقام شعائر دينهم، فيجب عليهم شرعا، ومن عجز عن الهجرة منها من الرجال والنساء و الولدان فهو معذور، و على المسلمين في الديار الأخرى أن ينقذوه من ديار الكفر إلى بلاد الإسلام. قال الله تعالى: إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي اْلأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُوْلاَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَآءَتْ مَصِيرًا {97} إِلاَّ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَآءِ وَالْوِلْدَانِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلاَ يَهْتَدُونَ سَبِيلاً {98} فَأُوْلاَئِكَ عَسَى اللهُ أَن يَعْفُوَعَنْهُمْ وَكَانَ اللهُ عَفُوًّا غَفُورًا{99}. ( النساء: 97-99).

وقال تعالى: وَمَالَكُمْ لاَتُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَآءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَآأَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيًرا {75}. ( النساء: 75) أما من قوي من أهلها على إقامة شعائر دينه فيها، وتكمن من إقامة الحجة على الحكام و ذوي السلطان، و أن يصلح من أمرهم ويعدل من سيرتهم، فيشرع له البقاء بين أظهرهم؛ لما يرجي من إقامته بينهم من البلاغ والاصلاح مع سلامته من الفتن.

و بالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

عضو عضو نائب رئيس اللجنة الرئيس

عبد الله بن قعود عبد الله بن غديان عبد الرزاق عفيفي عبد العزيز بن عبد الله بن باز

(فتاوي اللجنة الدائمة اللبحوث العلمية والإفتاء جمع وترتيب: الشيخ أحمد بن عبد الرزاق الدويش: 12/52-53)

"و كل دولة لا تحكم بشرع الله ولا تنقاد لحكم الله فهي دولة جاهلية كافرة طالمة فاسقة بنص هذه الآيات المحكمات، يجب على أهل الإسلام بغضها و معاداتها في الله وتحرم عليهم مودتها و موالاتها حتى تؤمن بالله وحدة وتحكم شريعته."

( مجموع فتاوى و مقالات الشيخ عبد العزيز ين عبد الله بن باز (نقد الومية العربية):1/309.)

( وقفات تربوية في ضوء القرآن الكريم لعبد العزيز بن ناصر الجليل: 3/151.)

"و بلد الشرك هو الذي تقام فيها شعائر الكفر و لا تقام فيه شعائر الإسلام كالأذان والصلاة جماعة و الأعياد و الجمعة على وجه عام شامل. وإنما قلنا على وجه عام شامل ليخرج ما تقام فيه هذه الشعائر على وجه محصور كبلاد الكفار التي فيها أقليات مسملة فإنها لا تكون بلاد إسلام بما تقيمه الأقليات المسلمة فيها من شعائر الإسلام. أما بلاد الإسلام فهي البلاد التي تقام فيها هذه الشعائر على وجه عام شامل"

( شرح ثلاثة الأصول للشيخ محمد بن صالح العثيمين بإعداد فهد بن ناصر إبراهيم السليمان: 129-130)

المطلب الحادي عشر

الغلو فيما يتعلق بالحكم على دار

.....

.....

ويقول ابن القيم: " دار الإسلام: هي التي نزلها المسلمون، وجرت عليها أحكام الإسلام، و ما لم يجر عليه أحكام الإسلام لم يكن دار إسلام وإن لا صقها."

ويقول السرخسي: (( المعتبر في حكم الدار هو السلطان والمنعة في ظهور الحكم))، وعلل ابن حزم هذا بقوله: (( لأن الدار إنما تنسب للغالب عليها والحاكم فيها والمالك لها )).

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka Jakarta Cet ke-2 1989 : 564)

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka Jakarta Cet ke-2 1989 : 131)

Al Mufrodat fi Ghoribil Qur`an. Ar Roghib Al Isfahani, Dar Al Ma`rifah – Beirut, Cet ke-3 tahun 1422 H : 33

Jami` Al Bayan, Ibnu Jarir Ath Thobari : 1/194 serta diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrok : 2 / 546, dia berkata : Shohih menurut syarat Al Bukhori dan keduanya tidak mentakhrijnya serta disepakati oleh Adz Dzahabi dan dishohihkan oleh Ibnu Al Qoyyim dalam Ighotsatul Lahfan : 2 / 620)

Hr. Al Bukhori dalam Shohihnya, Kitab At Tafsir Bab (4920

Hasyiyah Ibnu `Abidin : 4/166

Al Mabsuth : 10/114

Badai`u Ash Shonai`I : 9/4375

AAS (5/12/08)