Lezatnya Amal Shalih

Diposting oleh AAS | 07.00 | | 0 komentar »

Oleh : AAS
Judul: Lezatnya Amal Shalih 1 (bagian pertama)











Judul: Lezatnya Amal Shalih 2 (bagian kedua)










Judul: Lezatnya Amal Shalih 3 (bagian ketiga)










Judul: Lezatnya Amal Shalih 4 (bagian keempat)










Judul: Lezatnya Amal Shalih 5 (bagian kelima)









Alloh Subhanahu wa Ta`ala berfirman :


“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.[15] Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan[16]” (Qs. Hud [11] : 15-16).


Umar bin al Khottob rodiyawlohu `anhu berkata : Aku mendengar Rosululloh sellewlohu `alaihi wa sallam bersabda :


Amal-amal itu hanya didasarkan pada niatnya dan setiap orang didasarkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Alloh dan rosulNya, niscaya hakekatnya dia berhijrah kepada Alloh dan rosulNya. Barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang akan didapatnya atau wanita yang akan dinikahinya, niscaya hekekatnya dia berhijrah menurut masing-masing niat hijrahnya”. Muttafaq `Alaih

Abu Huroiroh rodiyawlohu `anhu berkata : Aku mendengar Rosululloh sellewlohu `alaihi wa sallam bersabda :


Sesungguhnya manusia pertama yang akan disidang pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid. Saat itu dia dihadapkan ke muka persidangan, lalu ditempakkan kepadanya berbagai nikmat Alloh, maka diapun mengakuinya. Alloh bertanya : Apa yang engkau telah amalkan dengan nikmat-nikmatKu itu? Dia menjawab : Aku berperang demi Mu, sampai aku meraih mati syahid. Alloh pun berfirman: engkau dusta, sebenarnya engkau berperang agar engkau disebut pahlawan, dan itu sudah terjadi. Lalu dia diperintahkan untuk disungkurkan wajahnya hingga diceburkan ke dalam neraka. Kedua adalah seseorang yang belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca Al Qur`an. Saat itu dia dihadapkan ke muka persidangan, lalu ditempakkan kepadanya berbagai nikmat Alloh, maka diapun mengakuinya. Alloh bertanya : Apa yang engkau telah amalkan dengan nikmat-nikmatKu itu? Dia menjawab :aku belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca Al Qur`an karena Mu. Alloh berfirman : engkau dusta, sebenarnya engkau belajar ilmu agar engkau dikenal dan disebut orang yang alim serta engkau membaca Al Qur`an agar engkau dikenal dan disebut qori, dan itu sudah terjadi. Lalu dia diperintahkan untuk disungkurkan wajahnya hingga diceburkan ke dalam neraka. Ketiga adalah seseorang yang diberi keluasan berbagai kekayaan harta. Saat itu dia dihadapkan ke muka persidangan, lalu ditempakkan kepadanya berbagai nikmat Alloh, maka diapun mengakuinya. Alloh bertanya : Apa yang engkau telah amalkan dengan nikmat-nikmatKu itu? Dia menjawab : Tak ada satu jalanpun yang Engkau cintai untuk berinfaq di dalamnya kecuali akupun menginfaqkan hartak karena Mu.. Alloh pun berfirman: engkau dusta, sebenarnya engkau melakukan itu agar engkau disebut dermawan, dan itu sudah terjadi. Lalu dia diperintahkan untuk disungkurkan wajahnya hingga diceburkan ke dalam neraka. (Hr. Muslim)


Penjelasan Singkat :

Niat adalah pondasi amal. Diterima dan ditolaknya amal seorang manusia ditentukan dengan amalnya masing-masing. Barangsiapa yang beramal dengan penuh keikhlasan kepada Alloh Subhanahu wa Ta`ala dan mengharapkan pahala di akhirat serta didasarkan pada sunnah RosulNya, niscaya diterimalah amal tersebut. Barangsiapa yang berniat untuk selain Alloh atau tidak murni (dengan bercampur) pada selainNya, niscaya amalnya tertolak dan akan menjadi bencana bagi pelakunya.


Beberapa Faedah :

1. Di antara syarat diterimanya sebuah amal adalah ikhlas, yaitu kemurnian gerak tujuan hati untuk Alloh subhanahu wa Ta`ala.

2. Begitu urgennya ikhlas, di mana suatu amal tanpa keikhlasan hanya menjadi bencana bagi pelakunya.

3. Kebaikan bentuk dzohir sebuah amal tidak berarti diterimanya sebuah amal.

4. Wajibnya memperbaiki niat dalam semua amal serta bersemangat dalam membangunnya.


AAS (10/02/09)



Kisah besar ini bermula sejak Alloh Subhanahu wa Ta`ala menciptakan manusia yaitu Adam As sebagai kholifah di muka bumi, dengan tujuan termulia yaitu mendirikan peribadatan yang murni hanya untuk Alloh Swt. Manusia diciptakan untuk tunduk, patuh dan menyerah diri hanya kepadaNya, melawan dan mengalahkan semua rintangan, baik dari dalam jiwa maupun dari luarnya, demi untuk mewujudkan kemurnian peribadatan tersebut.

Dia ciptakan Adam as dari sari pati tanah dengan tanganNya yang mulia, lalu diajarkan berbagai nama yang tidak diajarkan kepada para Malaikat. Saat itu pula, Alloh muliakan Adam dengan memerintahkan bangsa Malaikat dan Jin untuk sujud kepadanya sebagai keta`atan kepada Alloh Subahanhu wa Ta`ala. Seluruh Malaikatpun sujud kepada Adam as, sebagai perwujudan keta`atan dan kepatuhan para malaikat kepada Alloh Robbul `alamin. Akan tetapi, penuh keengganan dan kesombongan Iblis melawan dan membangkang terhadap perintah Robnya dengan tidak sujud kepada Adam. Alasanpun dikemukakan demi membela pembangkangannya, bahwa dia yang diciptakan dari unsur api lebih baik daripada Adam as yang diciptakan dari sari pati tanah. Yah qiyas bathil yang menentang ketentuan Alloh yang tegas, karena begitu angkuh dan sombongnya makhluk yang terkutuk dan hina ini.

Alloh Stw berfirman :



30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."

33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

34. Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Alloh Stw berfirman :



11. Sesungguhnya kami Telah menciptakan kalian (Adam), lalu kami bentuk tubuh kalian, Kemudian kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kalian kepada Adam", Maka merekapun bersujud kecuali iblis. dia tidak termasuk mereka yang bersujud.

12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" menjawab Iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".



Kehinaan Iblis yang membangkang dan melawan perintah Alloh Robbul alamin telah melahirkan hukuman Alloh Subhanahu wa Ta`ala untuk mengeluarkan Iblis dari tempatNya yang mulia, yaitu surga. Iblispun diusir dari surga penuh kehinaan dan kerendahan tiada tara, hingga terkutuk abadi di Jahannam selama-lamanya. Akan tetapi, inipun tidak menjadikannya menjadi jera, bahkan semakin membuat Iblis menjadi murka kepada Adam as, karena menganggap Adamlah sebab keturkukannya, karena rasa hasad yang dalam dan pekat dalam jiwanya.

Di saat itulah Iblis meminta kepada Alloh untuk ditunda kematiannya hingga hari kiamat tiba, untuk melampiaskan dendam kesumatnya kepada Adam as dan keturunannya. Sumpah serapah yang lahir dari hasadnya yang dalam dan pekat itupun diungkapkan Iblis dengan penuh keangkuhan dan kesombongan. Dia bersumpah untuk tiada henti berusaha mencelakakan dan menggelincirkan manusia seluruh keturunan Adam di dalam kehidupan dunia dan akhirat. Menduduki shirotol mustaqim, jalan yang akan menghantarkan manusia menuju jannah dari berbagai sudut, depan, belakang, kanan dan kiri dengan berbagai penggelinciran, penyesatan dan penghiasan kebathilan untuk pada akhirnya bersama Iblis di jahannam nantinya.



13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".

14. Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan".

15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."

16. Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

18. Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".

26. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

27. Dan kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.

28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,

34. Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, Karena Sesungguhnya kamu terkutuk,

35. Dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat".

36. Berkata Iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) Maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan,

37. Allah berfirman: "(Kalau begitu) Maka Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,

38. Sampai hari (suatu) waktu yang Telah ditentukan,

39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya,

40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".

41. Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya].

42. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.

43. Dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang Telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.

44. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.



Sumpah Iblis untuk menyesatkan manusia bukanlah isapan jempol belaka, upaya pertama yang dilakukannyapun langsung ditujukan kepada bapak manusia yaitu Adam As. Dengan penuh kebohongan dan penipuan yang sangat halus, diapun menjerumuskan Adam as dan Hawa dari surga dengan menjadi seakan-akan hanya memberikan nasehat yang baik dan pandangan yang tepat. Larangan Alloh Swt yang ditujukan kepada Adam as dan Hawa as pun untuk tidak mendekati satu buah pohon yang Alloh kehendaki, dibalut dengan berbagai nasehat manis yang berisi racun penyesatan. Dengan kata yang indah, yaitu kekekalan di surga serta kerajaan yang tidak mungkin binasa, membuat Adam as dan Hawapun terjerat rayuan berbisa dari laknatulloh alaih tersebut. Adam dan Hawapun dikeluarkan dari Jannah atas kehendak Alloh akibat tipu daya Iblis yang beracun dan berbisa dengan kemasan yang indah menipu dan penuh dusta. Pakaian kemuliaan di surga yang digunakan oleh bapak manusia, Adam dan Hawapun tertanggalkan akibat dusta yang diupayakan Iblis. Keluarlah Adam dan Hawa dari surga, tempat penuh kemuliaan, kebahagiaan dan kenikmatan menuju dunia, tempat keluh kesah, melelahkan dan permusuhan dengan membawa penyesalan yang dalam dengan memanjatkan ampunan hanya kepada Alloh Swt.



19. (dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."

20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".

21. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",

22. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya Telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"

23. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

24. Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang Telah ditentukan".

25. Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.



Di ayat yang lain,

120. Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"

121. Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.

122. Kemudian Tuhannya memilihnya Maka dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.

123. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.



Mulailah kehidupan manusia, Adam as dan keturunannya di muka bumi ini dengan membawa ajaran tauhid, penyerahan pengabdian diri murni hanya kepada Alloh Swt, untuk meraih kembali jannah yang penuh kebahagiaan serta menyelamatkan diri dari jerat-jerat pengabdian kepada Iblis yang akan menjerumuskannya ke neraka Jahannam.

Permusuhan Iblispun semakin kuat dan nyata dengan seluruh pasukan dan bala tentaranya para syaithon, baik dari jenis jin maupun jenis manusia. Iblis dengan keturunan dan bala tentaranya, baik pasukan yang berkuda maupun pejalan kaki mengepung manusia dari segala penjuru kehidupan, sebagaimana yang pernah disumpahkan Iblis di hadapan Alloh Swt saat diusir dari surga.

Upaya terbesar yang dilakukan Iblis adalah membentuk agama-agama syirik dan aliran-aliran sesat sebagai tandingan Islam (yang menancapkan tauhid) serta membuka pintu-pintu menuju jahannam. Agama-agama dan aliran-aliran yang beraneka ragam dirancang selaras dengan jalan-jalan hawa nafsu manusia. Ajaran-ajaran sihir yang jelas menempatkan manusia pada jalan kesirikan, penanggalan hukum-hukum Alloh swt dengan berbagai sumber-sumber hukum hawa nafsu yang diabdi membuat semakin lengkap perangkap yang ditebar Iblis dengan bala tentaranya. Selain itu, ada pula agama-agama yang langsung menyembah syaithon tanpa perantara patung-patung atau manusia yang diagungkan ataupun sekulerisma, yaitu penolakan atas seluruh agama termasuk Islam atau berupa ketundukan terhadap syari`ah thoghut yaitu seluruh syariat selain syariat Alloh.

Marilah kita melihat penafsiran para ulama tentang sumpah Iblis yang ingin menjerumuskan manusia dan strateginya. Memang jalur utama manhaj aliran penyembah syaithon ini adalah sihir, yang telah merasuk ke dalam sumsum hampir semua kesyirikan, dari syirik hukum sampai kepada manhaj agama-agama sesat dan sampai ke sel-sel terkecil dari kesesatan termasuk lagu-lagu.

Tafsir (Qs. 7 : 16 – 17)

(saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus) yaitu dengan menghalang-halanginya serta menghiasi kebathilan, sehingga mereka hancur sebagaimana dia telah hancur.

Shirotokall mustaqim (jalan Engkau yang lurus) adalah jalan menuju surga. (Tafsir Al Qurthubi : 7 / 175)

Al Hakm bin `Utaibah berkata : “ (Dari muka) berarti dari dunia mereka (dari belakang) dari akhirat mereka (dari kanan) yaitu dari kebaikan – kebaikan mereka (dan dari kiri) yaitu dari keburukan-keburukan mereka.

An Nihal berkata : ini pandangan yang baik, penjelasannya adalah (Dari muka) yaitu dari dunia mereka sehingga mereka mendustakan ayat-ayat dan berita umat-umat masa lalu yang terjadi di dalamnya. (Dari belakang) dari akhirat mereka, sampai mereka mendustakannya. (Dari kanan) dalam kebaikan-kebaikan dan urusan-urusan agama mereka, hal itu ditunjukkan oleh firman Alloh swt (....). (Dan dari kiri) yaitu keburukan-keburukan mereka yang berarti mengikuti syahwat, karena dia hiasi mereka dengan hal demikian. (Dan tidak engkau dapati kebanyakan mereka bersyukur) yaitu orang-orang yang bertauhid, ta`at dan menonjolkan rasa syukur. (Tafsir Al Qurthubi : 7 /176)

(Jalan Mu yang lurus) yaitu jalan kebenaran dan keselamatan, sesungguhnya aku akan sesatkan mereka darinya agar mereka tidak beribadah kepadaMu dan tidak mentauhidkan Mu disebabkan Engkau sesatkan aku.

Ibnu Abbas berkata : (Kemudian aku datangi mereka dari arah muka) aku ragukan mereka tentang akhirat mereka. (Dari belakang) aku gemarkan mereka kepada dunia mereka. (Dari kanan) aku samarkan bagi mereka urusan agama mereka. (Dan dari kiri) aku senangi mereka dengan berbagai maksiat. (Tafsir Ibnu Katsir : 521)

Tafsir (Qs. 15 : 39)

(pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik) yaitu keturunan Adam as (di muka bumi) yaitu aku berikan rasa cinta kepada maksiat bagi mereka, menggemarinya, mendorongnya dan menyemangatkan untuknya. (Tafsir Ibnu Katsir : 746)

Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata :

Bahwa agama Alloh swt itu satu yaitu Islam, sedangkan agama syaithon adalah lima : Yahudi, Nashroni, Majusi, Musyrikin...”. (Madarijus Salikin : )

Abdulloh bin Mas`ud rodiyallohu `anhu berkata :

Rosululloh saw membuat satu garis dengan tangan beliau, kemudian beliau saw bersabda : inilah jalan Alloh yang lurus. Lalu, beliaupun membuat garis-garis di bagian kanan dan kirinya, kemudian beliau saw bersabda : Semua jalan ini, tidak ada satu jalan pun kecuali di atasnya pasti ada syaithon yang menyeru kepadanya”. Kemudia saw membaca ayat (Qs. 6 : 153).



153. Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Hr. Ahmad dan Hakim)



Tafsir (Qs. 17 : 62 & 64)

Æs3ÏYtFômV{

Ibnu `Abbas berkata : “Sungguh aku akan kuasai keturunannya, kecuali sedikit sekali yang tidak”.

Mujahid berkata : “Sungguh aku akan kepung”.

Ibnu Zaid berkata : “Sungguh aku akan sesatkan mereka”. (Tafsir Ibnu Katsir : 805)

(Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu) yaitu lagu-lagu

Mujahid berkata : dengan permainan dan lagu-lagu yaitu ....

(Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu) Ibnu Abbas berkata : “Setiap penyeru yang mengajak maksiat kepada Alloh swt”.

(Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki) : Bawalah kepada mereka tentara-tentaramu, baik pasukan berkuda maupun pasukan berjalan kaki.

Ibnu Abbas dan Mujahid berkata : (dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki) yaitu “setiap pengendara dan pejalan kaki yang berada dalam maksiat kepada Alloh”.

Qotadah berkata : “Sesungguhnya Iblis memiliki kuda-kuda dan kader-kadernya dari bangsa jin dan manusia yang menta`atinya”.

Firman Alloh Subhanahu wa Ta`ala (dan berserikatlah dengan mereka pada harta) Ibnu Abbas dan Mujahid berkata : “yaitu apa saja yang diperintahkan Iblis untuk meninfaqkan harta-harta dalam maksiat kepada Alloh Subhanahu wa Ta`ala”.

Atho berkata : “riba”.

Al Hasan berkata : “yaitu mengumpulkan harta dari yang busuk dan menginfaqkannya dalam yang haram”.

Al Aufi berkata dari Ibnu Abbas rodiyallohu `anhuma bahwa “bersekutunya Iblis dengan manusia pada harta-harta mereka adalah dengan sikap mereka yang mengharamkan binatang-binatang ternak (yaitu bahiroh dan saibah)”.

(dan anak-anak) Al Aufi berkata dari Ibnu Abbas, Mujahid dan Adh Dhohhak bahwa artinya “anak-anak zina

Ali bin Abi Tholhah berkata dari Ibnu Abbas bahwa maksudnya adalah “sikap mereka yang membunuh anak-anak mereka karena kedunguan mereka tanpa ilmu”.

Qotadah berkata dari Al Hasan Al Bashri : “Sungguh demi Alloh iblis bersekutu dengan mereka pada harta dan anak-anak mereka adalah menjadikan mereka Majusi, Yahudi, Nashrani, dan menshibghoh mereka dengan shibghoh yang bukan Islam, dan mempersembahkan satu bagian harta mereka untuk syaithon”.

Abu Sholih berkata dari Ibnu Abbas yaitu “dengan menamakan mereka Abdul Harits, Abd Syams, Abdu Fulan dan lain-lain”.

Ibnu Jarir berkata : “Pendapat yang amat tepat adalah ditujukan kepada setiap anak yang dilahirkan oleh seorang wanita melakukan maksiat kepada Alloh swt seperti menamakannya dengan nama-nama yang dibenci Alloh atau memasukannya ke dalam agama selain agama yang diridhoi Alloh atau hasil zina ibunya atau dengan membunuhnya atau memnguburnya hidup-hidup dan segala hal yang dilakukan dengan dan dalam maksiat kepada Alloh, maka berarti masuk dalam persekutuan Iblis di dalam anak yang dilahirkan.

Karena Alloh Subhanahu wa Ta`ala dalam firmanNya (dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak) tidak mengkhususkan satu makna persekutuan tanpa makna yang lain. Maka, setiap apa saja yang dengan dan dalam maksiat kepada Alloh atau dengan dan dalam menta`ati syatihon, maka berarti bersekutu dengan Iblis”.

(Tafsir Ibnu Katsir : 805-806)

AAS (15/02/09)

IBTILA' (Sebuah Ujian)

Diposting oleh AAS | 19.27 | | 0 komentar »

Pertama : Kandungan Makna Istilah
A. Arti Bahasa dan Istilah :
Ikhtibar (Penyelidikan) dan imtihan (Pecobaan). Ujian ada di dalam kebaikan dan keburukan, sebagaimana Allah Ta`ala berfirman :

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan(yang ssebenar-benarnya). (QS. 21:35)
Abu Al Haitsam berkata : ujian dapat menjadi kebaikan dan dapat pula menjadi keburukan. Asalnya adalah mihnah (cobaan). Allah `Azza wa Jalla menguji hambaNya dengan sikap yang indah, agar diselidiki rasa syukurnya serta diuji dengan bencana yang tidak disukainya, agar diselidiki kesabarannya.
B. Kata Sinonim dan Hubungannya.
Fitnah :
Yang memiliki makna Ikhtibar (Penyelidikan) dan imtihan (Pecobaan), sebagaimana diapun memiliki makna-makna lainnya seperti idhlal (penyesatan) dalam firman Allah  :
فَإِنَّكُمْ وَمَاتَعْبُدُونَ {161} مَآأَنتُمْ عَلَيْهِ بِفَاتِنِينَ {162} إِلاَّ مَنْ هُوَ صَالِ الْجَحِيمِ
Maka sesungguhnya kamu dan apa-apa yang kamu sembah itu, sekali-kali tidak dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala. (QS. 37:161-163)
Mihnah :

Tashfiyah (Pemurnian) dan tahdzib (pendidikan). Sebagaimana Allah Ta`ala berfirman ;
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللهُ قُلُوبَهُمْ
mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah (QS. 49:3)
Abu Ubaidah berkata : “dimurnikan dan dididiknya”.
Juga memiliki makna ikhtibar (penyelidikan), sebagaimana dalam firman Allah Ta`ala ;
إِذَا جَآءَكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ
apabila datang berhijrah kepada kalian perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kalian selidiki (keimanan) mereka. (QS. 60:10)
Yaitu اختبروهن (selidikilah mereka).
C. Khulashah (Kesimpulan).
Sesungguhnya kata Ibtila`, mihnah dan fitnah memiliki kesamaan makna yaitu Imtihan dan Ikhtibar, dimana sebagian kata terkadang mengandung beberapa makna yang tidak terkandung dalam kata yang lain.
Kedua : Tujuan : Materi ini bertujuan :
1. Mengenal hakekat makna ibtila` yang merupakan sunnah (aturan Allah) yang telah berlalu kepada orang-orang terdahulu dan orang-orang terakhir.
2. Mempersiapkan jiwa untuk menghadapi berbagai rintangan yang akan menghadang di jalan dakwah.
3. Menjelaskan berbagai sebab ketegaran di saat ujian.
4. Menyebutkan hokum-hukum ujian serta buah yang dapat dipetik dalam membenahi perjalanan dakwah dan diri pribadi.
5. Mempelajari berbagai contoh tentang gambaran ujian di masa lalu dan masa kini.
Ketiga : Unsur-unsur Bahasan
1. Makna Ibtila`
2. Urgensi Bahasan (Sebab-sebab dan uraian pembahasan)
3. Ibtila` adalah sunnah kauniyah (hokum Allah di alam semesta).
4. Macam-macam Ibtila`

a. Ibtila` keburukan dan ibtila` kebaikan.
b. Ibtila` dakwah dan ibtila` pribadi.
5. Hukum dan Buah Ibtila`
6. Unsur-unsur Ketegaraan saat Ujian
7. Contoh-contoh Ujian (Menunjukkan sumber-sumber saja)
Keempat : Pokok Bahasan
1. Makna Ibtila sebagaimana yang sudah kita jelaskan sebelumnya.
2. Urgensi Bahasan. : Materi ibtila` memiliki urgensi yang sangat tinggi dikarenakan :
2-1 : Mempersiapkan dan memperkokoh diri serta menentramkan dan menancapkan qalbu guna menghadapi rintangan-rintangan dan halangan-halangan serta kesulitan dan kepahitan yang ditemui di medan dakwah. Suatu jalan yang menghantarkan pelakunya ke dalam jannah.
Rasulullah  bersabda :
حُجِبَتِ اْلجَنَّةُ بِاْلمَكاَرِهِ وَ حُجِبَتِ النَّارُ بَالشَّهْوَاتِ
“Jannah itu diliputi oleh kepahitan dan nar itu diliputi oleh kesenangan”.

Di dalam riwayat Muslim : (حفت) sebagai ganti kata حجبت
2-2 : Mengobati jiwa yang sedang mengeluh tertundanya kemenangan, jiwa yang sedang goncang menanggung pahitnya kesabaran serta beratnya ujian dan dahsyatnya permainan musuh.
Abu Abdullah Khobab bil Al Arat  berkata : Saat Rasulullah  sedang berbaring beralaskan bantal dari burdah di dalam naungan Ka`bah, kami mengeluh kepada beliau, kami katakan :
“Cobalah minta pertolongan untuk kami, cobalah berdo`a untuk kami!”.
Beliau Rasulullah  bersabda :
“Sesungguhnya telah ada di antara orang-orang sebelum kalian seseorang yang ditangkap, digalikan lobang untuknya dan dimasukkan dia ke dalamnya. Kemudian, diambilkan satu buah gergaji besar yang diletakkan untuk membelah kepalanya menjadi dua serta dicincang dengan pisau besi yang menyayat-nyayat daging dan tulangnya untuk memalingkan dia dari agamanya. Demi Allah, Sesungguhnya Dia akan menyempurnakan agama ini, sampai-sampai seorang perantau melakukan perjalanan dari Shan`a ke Hadramaut tanpa merasa takut kepada siapapun kecuali Allah, padahal serigala ada di atas kambingnya. Akan tetapi, kalian terlalu tergesa-gesa”.
Di dalam satu riwayat :
“Saat beliau sedangan beralaskan burdah, dan kami mendapatkan siksaan kaum musyrikin”.
2-3 : Meluruskan jalan dan meningkatkan jiwa menuju yang lebih sempurna di sela-sela pembahasan tentang tujuan dan hasil-hasil ibtila` serta dapat meraih faedah mengenal berbagai kesalahan yang harus dijauhkan. Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah `Azza wa Jalla banyak menceritakan tentang ujian-ujian yang dialami oleh generasi pendahulu kaum muslimin, kemudian menjelaskan berbagai kesalahan yang menimpa para pelakunya serta mendorong mereka untuk tidak mengulanginya.
يَعِظُكُمُ اللهُ أَن تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Allah memperingatkan kalian agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kalian orang-orang yang beriman, (QS. 24:17)
2-4 : Mengetahui sunnah ilahiyyah dalam kehidupan, mengenal hikmah dan rahasia yang terkandung di dalamnya. Di antara sunnah yang pertama adalah suuah ibtila` (sunnah ujian), sebuah sunnah tanpa pengecualian untuk orang berbakti atau orang fajir, baik mukmin ataupun kafir.
قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنُُ فَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kalian sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. 3:137)
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya.. (QS. 67:2)
Pemahaman tentang sunnah-sunnah tersebut – terutama sunnah ibtila` -, mengetahui keonsekwensi logis dan tanggung jawabnya serta akibat-akibatnya memiliki urgensi yang cukup besar.
3. Ibtila` adalah sunnah kauniyyah (sunnatulah di alam semesta).
Sesungguhnya orang yang mau meneliti ayat-ayat Allah dan sunnah Rasulullah , dapat mengetahui secara yakin bahwa ibtila` adalah sunnah dalam dakwah yang tidak mungkin ditolak, bahkan terjadi untuk seluruh manusia tanpa kecuali.
ا- لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرً
Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta kalian dan diri-diri kalian. Dan (juga) kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.. (QS. 3:186)
ب- وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. (QS. 2:155)
Pasti terjadi ibtila` terhadap harta, jiwa, anak atau keluarga, bahkan lebih nyata dan lebih kuat terjadi bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana Nabi  menginformasikan hal tersebut dengan sabdanya :
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اَلأَنْبِيَاءُ (ثُمَّ الصَّالِحُوْنَ) ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ صُلْبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ رِقَّةً اُبْتُلِيَ عَلَى قَدْرِ دِيْنِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ وَ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi (kemudian orang-orang sholih) kemudian yang lebih setingkat demi setingkat. Seseorang diuji menurut kadar agamanya, semakin kuat dalam agamanya semakin berat ujiannya. Semakin lemah agamanya, maka diapun diuji sesuai dengan kadar agamanya. Ujian akan terus melekat kepada seorang hamba, sampai dibiarkannya dia berjalan di permukaan bumi dalam keadaan tidak memiliki kesalahan”.
جـ - أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَيُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. 29:2)
Saat mentafsirkan ayat tersebut, Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “istifham inkar (bentuk pertanyaan yang memiliki makna pengingkaran). Artinya Allah  pasti menguji hamba-hambaNya yang beriman sesuai iman yang ada pada diri mereka”.
Tentang tafsir ayat yang sama Sayyid Quthb rahimahullah berkata : “Iman bukan hanya kalimat yang terucap, akan tetapi dia adalah hakekat yang memiliki konsekwensi, amanah yang mengandung tanggung jawab, jihad yang membutuhkan kesabaran dan kemampuan yang membutuhkan beban. Tidak cukup seseorang mengatakan kami beriman, lalu mereka dibiarkan segitu saja dengan pengakuannya itu, sampai mereka menghadapai ujian, di mana mereka kokoh menghadapinya lalu keluar dalam keadaan bersih jiwa-jiwa mereka dan suci qolbu-qolbu mereka. Sebagaimana api memurnikan emas, agar terpisahlah antara emas tersebut dengan unsur-unsur kotor yang menempel di atasnya – inilah makna asal kalimat bahasanya, kandungannya, renungannya dan hasilnya – demikian pula yang dilakukan fitnah terhadap qolbu. Ujian terhadap iman suatu pokok yang pasti dan sunnah yang berlaku menurut mizan Allah ”
4. Macam-macam Ibtila`.
a. Sesungguhnya Allah Al Haq - `Azza wa Jalla – memberikan penjelasan bahwa ibtila` ada dua macam : ibtila` (ujian) dengan keburukan dan ibtila` (ujian) dengan kebaikan. Allah Ta`ala berfirman :
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). (QS. 21:35)
Ibnu Abbas  berkata :
“Kami menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, keta`atan dan kemaksiatan serta petunjuk dan kesesatan”.
Saat menjelaskan kedua perbedaan tersebut, Sayyid Quthb rahimahullah berkata :
“Ibtila` dengan keburukan sudah difahami maksudnya, yaitu agar terungkap sejauh mana ketegaran orang yang diuji, sejauh mana kesabarannya menghadapi kesulitan, sejauh mana kepercayaannya kepada Rabnya dan harapannya kepada rahmat dariNya. Akan tetapi, ibtila` dengan kebaikan amat membutuhkan penjelasan…
Sesungguhnya ibtila` dengan kebaikan jauh lebih berat, sekalipun manusia berkhayal hal itu jauh lebih ringan dibandingkan ibtila` dengan keburukan. Mayoritas orang dapat bertahan saat diibtila` dengan keburukan, akan tetapi sangat sedikit mereka yang dapat bertahan diibtila` dengan kebaikan. Banyak orang sanggup bersabar saat diibtila` dengan penyakit dan kelemahan, akan tetapi sedikit sekali mereka yang sanggup bersabar saat diibtila` dengan kesehatan dan kekuasaan…mereka harus mengekang dorongan kekuatan ……… Banyak sekali mereka yang sabar dalam kefaqiran dan kemiskinan, jiwa-jiwa merekapun tidak gelisah dan hina, akan tetapi sedikit sekali mereka yang sabar dalam kekayaan dan kesenangan, harta benda yang menipu serta syahwat dan kerakusan yang menjerumuskan. Banyak sekali mereka yang sabar menanggung siksaan dan hukuman, tanpa rasa takut, serta sabar menanggung gertakan dan ancaman, tanpa rasa gentar, akan tetapi sedikit sekali mereka yang sabar saat ditipu dengan kesenangan, jabatan, harta benda dan kemewahan. Banyak sekali mereka yang sabar menanggung derita dan luka, akan tetapi sedikit sekali mereka yang sabar menerima ketenangan dan kesenangan… “
“Jiwa yang mukmin adalah jiwa yang sabar dalam kesulitan dan tidak terjebak oleh kesenangan serta tetap menuju Allah dalam dua keadaan. Dia yakin bahwa kebaikan dan keburukan yang dia dapatkan semuanya dengan idzin Allah. Sesungguhnya Allah Ta`ala mendidik jiwa-jiwa dengan ujian kesulitan setelah ujian dengan kesenangan”.
b. Pembagian ibtila` dapat dimungkinkan dibagi menjadi dua macam lain ditinjau dari sudut sebab terjadinya dan unsur-unsur penyebabnya.
4 – b – 1. Ujian-ujian Dakwah
Yaitu kesulitan yang ditemui dalam medan dakwah dan para pengikutnya secara umum sebagai suatu hasil dari pertempuran antara wali-wali Ar Rahman dan hizbusy syaithon. Ujian dalam bentuk ini telah dikhabarkan oleh Allah Yang Maha Al Haq dalam beberapa ayatnya, seperti firman Allah Ta`ala :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَا أَخْبَارَكُمْ
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kalian; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kalian. (QS. 47:31)
FirmanNya :
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا
Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta kalian dan diri-diri kalian. Dan (juga) kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.. (QS. 3:186)
FirmanNya :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) (QS. 2:214)
Dan firmanNya tentang ashhabul ukhdud (bangsa parit) :
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلاَّ أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu'min itu melainkan karena orang yang mu'min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, (QS. 85:8)
Ujian-ujian ini tampak sekali dalam realitas dengan berbagai bentuk ancaman dan ujian yang menimpa dakwah dan para pengikutnya. Di antara bentuk-bentuk tersebut adalah :
Pertama : Perang Informasi
Dimana musuh-musuh Allah menyebarkan informasi-informasi sesat tentang dakwah dan para da`i yang di balik itu semua bertujuan antara lain ;
- Mengotori sosok wali-wali Ar Rahman, khususnya bagi kalangan yang belum mengenalnya.
- Menakut-nakuti orang tentang mereka dan dakwah mereka.
- Mencegah orang untuk memberikan dukungan kepada mereka serta bertoleransi terhadap urusan-urusan mereka.
- Memberikan keraguan kepada manusia tentang kejujuran dakwah dan para da`i, serta menghilangkan kepercayaan terhadap mereka, di mana kemudian memusuhi mereka.
Hal ini ditambah oleh upaya mereka menyebarkan kebathilan mereka dengan mengubah fakta, mematikan prinsip, mengaburkan pemahaman dan meruntuhkan mizan/timbangan tentang perjalanan para pembesar Fir`aun yang berkata tentang Musa ;
أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَيَذَرَكَ وَءَالِهَتَكَ
…"Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta ilah-ilahmu"… (QS. 7:127)
Kedua : Ancaman Berbahaya.
Bahaya itupun bermacam-macam dan berbagai bentuk, seperti : penjara, Deportasi, Siksaan, boikot terhadap barang-barang pokok, bahkan sampai pada tingkat pembunuhan.
Ketiga : Imingan Harta dan Kedudukan.
Berapa banyak ujian dalam bentuk ini telah menghancurkan tali-tali pengikat para ulama yang mulanya mampu memberikan pertahanan saat mereka dihukum dengan senjata.
4 – b – 2. Ujian-ujian Individu.
Yaitu musibah yang menimpa seorang muslim berupa rasa duka, kegalauan, kesedihan, penyakit, kehilangan harta dunia yang kesemuanya tidak memiliki pengaruh terhadap musuh-musuh Allah.
Allah Al Haq `Azza wa Jalla mengisyaratkan ujian ini dengan firmanNya :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. (QS. 2:155)
Serta yang dijelaskan oleh Rasulullah  saat beliau bersabda :
إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : إِذَا ابْتُلِيْتُ عَبْدِيْ بِحَبِيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ عَنْهُمَا الجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah Ta`ala berfirman : Jika Aku menguji hambaKu dengan dua kecintaannya, lalu dia sabar, niscaya Aku akan mengganti keduanya dengan jannah”.
Ujian-ujian individu memiliki banyak bentuk, di antaranya :
Pertama : Kehilangan salah satu anggota badan, sebagaimana yang sudah kita ceritakan sebelumnya.
Kedua : Kehilangan anak-anak.
Imam Asy Syafi`i mentafsirkan firman Allah  : (وَالثَّمَرَاتِ/buah-buahan) dalam surat Al Baqoroh di atas dengan “kematian anak-anak, karena anak seseorang adalah buah hatinya”.
Di dalam riwayat yang shohih, Rasulullah  bersabda :
يَقُوْلُ تَعَالَى : مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِيْ جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلاَّ الجَنَّةُ
“Allah Ta`ala berfirman : Tidak ada balasan bagi hambaKu yang beriman saat Aku wafatkan orang tercintanya di dalam dunia kemudian dia bersabar kecuali baginya Jannah”.
Arti صَفِيَهُ menurut Ibnu Hajar adalah : “Kekasih terpilih, seperti anak, saudara dan setiap orang yang dicintai manusia”.
Ketiga : Kedukaan, kegelisahan dan kegalauan.
5. Hikmah, Buah dan Tujuan Ibtila`
Sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, tanpa ditentukan urusannya secara pasti. Allah  berfirman :
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَآءَ وَاْلأَرْضَ وَ مَا بَيْنَهُمَا لاَعِبِينَ {16} لَوْ أَرَدْنَآ أَن نَّتَّخِذَ لَهْوًا لاتَّخَذْنَاهُ مِن لَّدُنَّآ إِن كُنَّا فَاعِلِينَ
Dan tidaklah Kami ciptalan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan(isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian,(tentulah Kami telah melakukannya). (QS. 21: 16-17)
Karena itu, berbagai ujian tersebut mengandung berbagai hikmah yang agung dan hasil yang besar yang harus direnungkan dan dipikirkan oleh para da`i. Di bawah ini adalah sebagian dari hikmah dan buah dari berbagai ujian :
5-1. Menghapus berbagai kesalahan dan mengangkat beberapa derajat.
Ujian-ujian yang menimpa seorang yang beriman, lalu dia sabar menghadapinya merupakan salah satu sebab terhapusnya berbagai kesalahan, sebagaimana Allah Ta`ala berfirman ;
وَلِيُمَحِّصَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا
dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) (QS. 3:141)
“artinya Disucikannya mereka dari berbagai dosa dengan ujian-ujian” Disebutkan oleh Ibnu Qoyyim dalam Zad Al Ma`ad, juz 3 halaman 223.
Dari Abu Sa`ied Al Khudri  dan Abu Hurairoh  bahwa Nabi  bersabda :

“Tidak ada satu musibahpun yang menimpa seorang muslim baik berupa rasa letih, rasa nyeri, duka cita, sedih, halangan dan kegalauan sampai-sampai duri yang menusuknya kecuali Allah pasti menghapuskan berbagai kesalahannya".
Beliau saw bersabda : "dari berbagai kesalahannya" dikarenakan ada sebagian dosa yang tidak dapat terhapus kecuali dengan taubat dan mengembalikan sesuatu kepada orang yang hak.

5-2. Mewujudkan sikap pengabdian kepada Allah di saat senang dan susah.
Ibnu Qoyyim rohimahulloh saat menceritakan hikmah-hikmah ujian berkata : "membuktikan ubudiyyah (pengabdian) wali-wali dan tentaraNya di saat lapang dan di saat sempit, dalam hal yang mereka sukai dan dalam hal yang mereka benci serta di saat mereka meraih kemenangan atau di saat musuh-musuh mereka menang. JIka mereka tetap kokoh dalam keta`atan dan pengabdian terhadap apa yang mereka sukai ataupun apa yang mereka tidak sukai, maka merekalah hamba-hambaNya yang hak, mereka bukanlah seperti orang-orang yang mengabdi kepada Allah dalam satu garis di saat senang saja, di saat nikmat atau bahagia".
5-3. Memilih Kaum mukiminin yang jujur dan menghinakan kaum propagandis dusta.
Di dalam berbagai ujian dapat dibedakan berbagai barisan dan setiap orang dapat tampak jelas hakekatnya, sebagaimana Allah swt berfirman ;
مَا كَانَ اللهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَآ أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mu'min). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, …(QS. 3:179)
Ibnu Qoyyim berkata ; "artinya Allah sekali-kali tidak membiarkan kalian dalam keadaan seperti yang kalian alami sekarang berupa tersamarnya kaum muslimin dengan kaum munafiqin, sehingga orang beriman dapat dibedakan dari orang munafiq sebagaimana Dia bedakan mereka dengan ujian di perang uhud".
Faedah : Atas dasar hal tersebut, maka pemilahan itu ada dua macam, pemilahan barisan dan pembersihan dosa.
5-4. Menghancurkan kaum kafirin.
Di dalam ujian-ujian yang menimpa kaum muslimin merupakan tanda kehancuran bagi orang kafir, mungkin dengan terbunuhnya mereka di tangan kaum muslimin atau disebabkan kesewenang-wenangan dan kedzaliman mereka dalam menyakiti kaum muslimin. Sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla menyebutkan dengan firmanNya :
إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُ وَتِلْكَ اْلأَيَّامُ نُدَاوِلُهاَ بَيْنَ النَّاسِ
Jika kalian (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); …(QS. 3:140)
Kemudian Dia berfirman ;
وَلِيُمَحِّصَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. 3:141)

5-5. Berserah diri kepada Allah dengan taubat dan istighfar.
Ali rda berkata :
مَا نَزَلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَ مَا رُفِعَ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
"Ujian tidak turun kecuali disebabkan dosa. Dan ujian tidak akan diangkat kecuali dengan taubat".
5-6. Mendidik jiwa dan menempa kepribadian muslim.
Sayyid Quthb rahimahulloh berkata : "Ujian itu sebuah keharusan, agar sendi-sendi pemilik aqidah semakin keras dan kuat. Berbagai kesulitan membangkitkan daya kekuatan dan sumber kemampuan serta membuka berbagai jendela dan ruang yang terdapat di dalam qolbu dimana seorang mukmin tidak mengenal dirinya kecuali di bawah desakan kesulitan. Idealisme, keseimbangan dan wawasan yang tidak sah, tidak terketuk dan tidak lurus kecuali saat udara ujian yang dapat menghilangkan fatamorgana dari pandangan dan kekaratan dari qolbu". Maka harus ada pendidikan jiwa untuk bersikap mulia terhadap syahwat, sabar dalam berbagai musibah dan ujian, percaya kepada Allah dan bertawakkal kepadaNya, selama apapun ujian itu dan sedahsyat apapun fitnah yang ada.
6. Unsur-unsur Pengokoh saat Ujian.
6-1 Shabar dan Latihan Bersabar.
Mendidik jiwa dalam kesabaran dan menyabarkannya dalam menanggung berbagai ujian merupakan sebab terbesar yang membantu kekokohan seorang mu`min di saat fitnah dan berbagai ujian. Karena itu, sabar adalah maqam wali dan kedudukan orang bertaqwa yang paling tinggi. Rosululloh saw bersabda :
مَنْ يَتَصَبَّرُ يُصَبِّرُهُ اللهُ وَ مَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَ أَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
"Barangsiapa yang berusaha sabar, niscaya Allah memberinya kesabaran. Dia tidak memberikan satu pemberianpun kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada sabar".
JIka ada orang yang berkata : tetapi bagaimana aku menjadi orang yang sabar? Ibnu Qoyyim rahimahullah menjawab pertanyaan tersebut dengan ungkapannya : "Sabar terhadap ujian dapat muncul melalui sebab-sebab berikut :
Pertama : Mengetahui Balasan dan Pahalanya.
Kedua : Mengetahui Bahwa Ujian menghapus dan menghilangkan berbagai kesalahan.
Ketiga : Mengetahui Bahwa ujian itu akibat dosa-dosanya. Sebagaimana Allah  berfirman ;
وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, …(QS. 42:30)
Keempat : Dia mengetahui bahwa musibah datang bukan untuk menghancurkan dan membunuhnya, akan tetapi dia datang untuk menguji dan melatih kesabarannya, sehingga jelas apakah dia layak untuk berkhidmah, menjadi wali dan pendukungnya atau tidak?
Kelima : Dia mengetahui bahwa Allah cinta melihat hambaNya di saat senang dan susah serta saat nikmat dan ujian, agar dia berusaha menunjukkan pengabdiannya dalam seluruh keadaan”.

6-2 Menuju Allah dan Meminta Kekokohan dariNya.
Setiap kali seorang muslim mendekat kepada Rabnya, maka dialah orang yang paling banyak menerima rahmat Allah. Di antara rahmat Allah swt adalah dikokohkanNya orang-orang yang beriman, sebagaimana yang dikhabarkan oleh Allah swt dalam firmanNya :
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dala kehidupan di dunia dan di akhirat;... (QS. 14:27)
Karena itu, di dalam banyak do`a nabi saw :
"Hai Rob yang membolak-balikkan qolbu, kokohkanlah qolbuku di atas agamaMu".
رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
…"Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir". (QS. 2:250)

6-3 Mengenal Tabi`at Perjalanan.
Sesungguhnya jalan ini adalah jalan panjang lagi berat, banyak rintangan dan sangat melelahkan. Maka dia sangat membutuhkan kekokohan jiwa dengan kesabaran yang anggun dan jiwa yang tabah…Dialah jalan menuju jannah yang tidak ada jalan lain kecuali jalan itu.
حُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
"Jannah diliputi ketidaksukaan".
Jalan itu harus ditempuh dan harus tetap kokoh di atasnya bagi orang yang menghendaki tangga kebahagiaan.
6-4 Berdzikir (Mengingat) Allah .
Hal ini merupakan sebab terbesar meraih kekokohan di dalam kebenaran. Allah Ta`ala berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kalian dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kalian beruntung. (QS. 8:45)
Dzikir kepada Allah merupakan sebab terbesar meraih ketentraman dan kesejahteraan yang menyebabkan jiwa kokoh dan istiqomah di dalam perintah Allah Azza wa Jalla.
Di antara dzikir teragung adalah membaca dan mentadabburi Al Qur`an. Sebagaimana Allah swt berfirman ;
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْءَانُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً
Berkatalah orang-orang kafir:"Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS. 25:32)
Al Qur`an adalah sumber kekokohan jiwa seorang mukmin, karena dialah yang memperkuat hubungannya dengan Allah, sehingga jiwa thuma`ninah, tentram dan kokoh.
6-5 Bergabung dengan Orang-orang Sholih
Jika seorang muslim bergabung dengan saudara-saudaranya, maka hal itu merupakan sebab terbesar kokohnya seseorang di saat ujian dan cobaan. Rasulullah saw bersabda :
إِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَةِ
"Srigala hanya memangsa kambing yang menyempal dari kelompoknya".
Maka, dia wajib mengambil faedah dari berbagai pandangan yang dikemukakan saudara-saudaranya serta saling tolong-menolong dengan mereka. Sebagaimana Allah swt berfirman :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
…Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. 5:2)

7. Contoh-contoh Ujian.
Ketujuh : Sebagian Sumber Bahasan.
1. Al Ibtila Wa Al Mihan Fi Ad Da`awat, Dr. Muhammad Abdul Qodir Abu Faris.

AAS(12/02/09)

A. Makna As Sunnah menurut bahasa, istilah dan syariah


Makna As Sunnah menurut bahasa :

“Metode atau jalan, baik yang bersifat kebaikan maupun keburukan”. (Lisanul Arab : 13/221)

Sedangkan kata As Sunnah yang dipergunakan dalam istilah ilmu-ilmu agama-agama memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memaknakannya.

Para ahli hadits mengartikan As Sunnah :

“Perkataan, perbuatan, taqrir, sifat dan akhlak yang dihubungkan (disandarkan) kepada Nabi saw”.

Para ahli ushul mengartikan As Sunnah :

“Perkataan, perbuatan atau taqrir dari Nabi saw yang menjadi sumber syari’ah”

Sedangkan para ahli fiqh mengartikan As Sunnah :

“Ketetapan hukum dari Nabi saw yang lebih rendah dari yang fardhu dan wajib”

(Manhaj istidlal ala masail al I’tiqod, Dr. Utsman Ali Hasan 1/82-83)

Akan tetapi As Sunnah dalam arti syari’ah :

“Aqidah, amal dan perkataan yang dipegang oleh Nabi saw dan para shahabatnya yang mendapat petunjuk”. (Jami’ al ulum wa al hikam, Ibnu Rajab al Hanbali: 262)

Dari sini kita dapat mengerti bahwa As Sunnah dapat berarti tingkat-tingkat prinsip sebagai berikut :

  1. Seluruh agama Islam yang diajarkan dan diterapkan Rasulullah saw dan para shahabatnya yang mulia. Makna ini sama dengan makna syar’iah secara umum serta yang berarti pula lawan kata bid’ah (Majmu’ fatawa, Ibnu Taimiyyah: 4/436)
  2. Seluruh prinsip-prinsip ushuluddin (pokok-pokok agama dan aqidah) dalam Islam. Karena prinsip-prinsip inilah inti dari ajaran Islam yang diatasnya didirikan berbagai tiang dan cabang-cabang yang lainnya. (Jami’al Ulum wa al hikam: 262)
  3. Setiap informasi shahih yang bersumber dari Rasulullah saw dan para shahabatnya sebagai salah satu sumber asasi di dalam ajaran Islam. (lihat kitab-kitab hadits dan ushul fiqh)
  4. Setiap anjuran Rasulullah saw kepada ummatnya untuk dikerjakan sebagai suatu tambahan dan keutamaan pahala yang akan didapatkan. (lihat kitab-kitab fiqh).

B. Kedudukan As Sunnah di dalam Islam

  1. Allah SWT menegaskan bahwa As Sunnah adalah wahyu (Qs. 2:231 dan Qs. 4:113)
  2. Allah SWT menyandingkan ketaatan kepada Rasulullah saw dengan ketaatan kepada-Nya (Qs. 4:80 dan Qs. 3:31)
  3. Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menerima apa saja yang datang dari Rasulullah saw dan meninggalkan apa saja yang dilarangnya. (Qs.59:7)
  4. Allah SWT mengancam orang-orang yang menyelisihi perintah Rasulullah saw (Qs. 24:64)
  5. Allah SWT menetapkan bahwa menyelisihi Rasulullah saw adalah kufur (Qs. 3:32)
  6. Berpaling dari hukum Rasulullah saw disebutkan oleh Allah SWT sebagai salah satu diantara tanda-tanda nifaq. (Qs. 24:47-48).

    1. As Sunnah antara pembeda dan pembela

Ciri-ciri pembela As Sunnah

  1. Mereka bersatu dalam Sunnah, baik dalam berilmu, beri’tiqod, beramal, berdakwah dan berjihad fi sabilillah (cantumkan hadits iftiroq)
  2. Mereka selalu menjadikan sumber hukum dimana Rasulullah saw dan para shahabatnya sebagai marji’ (tempat kembali) setiap masalah apapun dalam kehidupan , mereka (yaitu sumber Al-Quran, As Sunnah dan Ijma’ para salafush shalih)
  3. Mereka begitu antusias dan bersungguh-sungguh secara maksimal untuk menuntut ilmu dan menjaga kemurnian Islam dari sumber-sumber asasi tersebut.
  4. Mereka selalu membenarkan apa saja yang dikhabarkan oleh Rasulullah saw, menjunjung tinggi perintahnya, menjauhi larangannya dan tidak beribadah kecuali mencontohnya dan apa yang disyari’atkannya
  5. Mereka menjauhkan diri dan berbaro’ dari syirik, kufur, bid’ah dan maksiat, sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
  6. Mereka menerima semua hadits shahih sebagai sumber i’tiqod atau keyakinan, baik yang bersifat ahad ataupun mutawatir.

Ciri-ciri penentang Sunnah:

  1. Bertafarruq dari sunnah, baik dalam berilmu, beri’tiqod, beramal, berdakwah dan berjihad.
  2. Mencari sumber-sumber lain selain sumber-sumber yang ada di masa Rasulullah saw dan para shahabatnya
  3. Tidak memiliki antusias atau kesungguhan maksimal untuk menuntut ilmu dan menjaga kemurnian Islam dari sumber-sumber asasi tersebut.
  4. Meragukan apa saja atau sebagian yang dikhabarkan Rasulullah saw (karena bertentangan dengan rasio, fakta yang dilihat atau mimpi atau lainnya), tidak berusaha menjunjung tinggi perintahnya, tidak bersungguh-sungguh menjauhi larangannya dan beribadah dengan hal-hal yang tidak disyari’atkannya
  5. Mereka biasa dengan kehidupan syirik, kufur, bid’ah dan maksiat karena merasa berat menjadi adat kebiasaan atau mempunyai alasan tertentu.
  6. Menolak hadits-hadits shahih, meyakini hadits mutawatir saja yang pasti, sedangkan hadits ahad tidak menjadi keyakinan, menuduh para pembawa hadits dikalangan para shahabat dengan berbagai tuduhan yang buruk.

AAS (11/02/09)

MANHAJ (STRATEGI) HAROKI

Diposting oleh AAS | 01.34 | | 1 komentar »

Strategi haraki kita berjalan di atas tiga jalan utama yaitu:

1. Pembentukan sosok tubuh perubah
Dalam hal ini terbentuk organisasi yang kuat, yang sanggup mengadakan perubahan total dan mempertahankan hasil dari perubahan itu serta meneruskannya menuju kepada kesempurnaan.
Kita tidak menginginkan suatu perubahan yang tidak bisa dipertahankan dan disempurnakan, karena hal itu adalah hal yang percuma saja. Yang dimaksud dengan perubahan di sini tentunya adalah perubahan masyarakat jahiliyyah menjadi masyarakat Islami. Bagian-bagian dari sosok ini adalah personal (manusia), tandzim (sistem) dan harta (sarana). Dasar dari tiga bagian itu adalah unsur manusia. Sebab, manusialah pelaku hakiki dari perubahan tersebut dan unsur manusialah yang akan melahirkan kedua unsur lainnya. Strategi haraki pada unsur manusia ini adalah pembanyakan terus menerus dan pembinaan (tarbiyah) yang tiada ada hentinya.

Tarbiyah dari semua segi dien Al-Islam harus mencapai mutu setinggi-tingginya dan dilakukan secara sistematis. Semua ini akan memakan waktu yang panjang sekali. Dari itu kesabaran kitapun harus cukup kuat. Kesabaran dalam tarbiyah dan kesabaran dalam menekan perasaan yang ingin menyimpangkan kita dari jalan tarbiyah ke jalan pintas. Perubahan ini tidak mungkin dilakukan dan dipertahankan tanpa sosok perubah yang kuat. Tarbiyah yang bermutu dan kuantitas yang cukup adalah unsur utama dari arti “kuat” di sini. Ketidak sabaran dan keterburu-buruan dalam menjalani strategi ini akan mengantarkan kita kepada pemilihan jalan alternatif (pintas) baik jalan melalui demokrasi yang kufur atau memaksa-maksakan untuk memulai jihad fisik. Keduanya akan menuntun kita ke pintu kegagalan, bahkan juga ke arah malapetaka. Pandangan bahwa tidak ada jalan lain selain pertumpahan darah, dalam menjalankan suatu masyarakat Islami telah banyak memicikkan pemikiran dalam berdakwah.
Kalau kita tengok sirah Rasul saw, maka kita dapati ketika shahabat di Makkah tidak mungkin lagi, atau paling sedikit sulit sekali untuk membentuk sosok yang sanggup merubah, maka Beliau pun mengalihkan usaha Beliau ke Madinah sampai terbentuk suatu kekuatan yang bisa mendirikan masyarakat Islami (Negara Islam) melalui jalan tarbiyah dan terbentuklah masyarakat Islami itu di Madinah tanpa pertumpahan darah sedikit pun. Ini tidak berarti kita mengharamkan jihad fisik yang dilakukan dengan kekuatan yang memadai dan dalam kondisi yang layak. Tetapi yang kita ingatkan adalah bahwa jihad fisik bukanlah satu-satunya jalan dalam mendirikan masyarakat Islami, khususnya di sebuah masyarakat jahiliyyah yang dihuni oleh mayoritas muslimin. Semua cara halal dan ampuh bisa ditempuh (termasuk jihad fisik yang benar) menurut kondisi yang ada. Tetapi, cara apapun yang ditempuh memerlukan “kecukupan” dalam kualitas dan kuantintas. Dari itu “kecukupan” ini dululah yang harus kita capai. Sedangkan cara penuntasan terakhir yang akan di tempuh kita serahkan pada generasi pelaksana menurut kondisi yang ada pada waktunya.
2. Jalur utama kedua dalam strategi haraki ini adalah mentarbiyah masyarakat dengan kandungan La Ilaha Illallah – Muhammad Rasulullah.
Dengan kata lain membina masyarakat untuk sampai pada kesadaran yang tinggi tentan garti La Ilaha Illallah – Muhammad Rasululllah, kewajiban mereka terhadap penerapan syariat dan penegakkan sunnah. Semua usaha yang memungkinkan, harus dilakukan untuk menyadarkan masyarakat bahwa kedua hal di atas adalah kandungan utama dari dien Al-Islam dan merupakan konsekwensi utama dari keimanan mereka. Masalah inilah yang harus menjadi titik temu atau garis tengah bersama antara masayrakat dan para perubah. Tugas kita adalah mendakwahkan mereka bukan memerangi mereka, sampai hujjah benar-benar tegak dan semua masalah jelas bagi yang ingin memilih kebenaran atau kebathilan.
Keikut sertaan masyarakat (rakyat) dalam menuntaskan proses perubahan sangat besar sekali. Merekalah sandaran terkuat orang-orang jahiliyyah dalam memerangi dakwah ini. Mereka harus tidak berada dipihak orang-orang jahiliyyah dalam ini dan harus tidak hanya menjadi sekedar penonton. Tetapi mereka harus dijadikan benar-benar berada dipihak para perubah.
3. Bagian ketiga dari strategi ini adalah menjelaskan tentang kekufuran sistem yang ada dan memperingatkan masyarakat tentang makar musuh-musuh Islam terhadap Islam dan kaum muslimin baik dalam lingkup nasional ataupn internasional. Dengan kata lain masyarakat harus menyadari tentang realita yang ada dengan pandangan Islami.

AAS (01/02/09)

REALITA DAN CITA-CITA

Diposting oleh AAS | 20.14 | | 0 komentar »

Realita masyarakat kita memang benar-benar sangat menyedihkan. Sangat menyedihkan bukan karena keadaan ekonomi yang terpuruk, seperti halnya pandangan kaum sekuler. Terpuruknya ekonomi jauh lebih menyenangkan dibanding keadaan terpuruknya aqidah, akhlak dan semua norma Islam. Itulah pandangan seorang muslim sejati.

Kesyirikan, baik dalam bentuk sihir ataupun lainnya, tersebar di setiap pelosok dan lapisan masyarakat. Riba hampir-hampir merangkul semua sektor kehidupan. Hubungan laki-laki dan wanita banyak yang sudah tidak lagi berukuran Islami, bahkan mendekati norma-norma akhlak Islampun tidak. Kemaksiatan telah membelit hampir seluruh elemen-elemen masyarakat. Dari rumah sampai jalanan dan tempat-tempat judi serta pelacuran resmi yang dilindungi hukum. Narkoba melanda hampir semua lapisan masyarakat.

Aqidah Ahlul Jannah pun hampir-hampir tenggelam di laut kejahilan. Lebih jahat dari itu semua, hukum Allah dilempar jauh-jauh dari kehidupan masyarakat. Sekulerisme dan kaum sekulerlah yang menggariskan cara-cara kehidupan di setiap sektornya, dari sektor pendidikan, perdagangan, sosial dan lain-lain sampai tata cara berkeluarga.

Semua disebabkan oleh dua sebab utama yaitu kejahilan muslimin tentang agama mereka dan tidak diterapkannya syariat Allah dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Pembatasan penyebab semua problem itu dalam dua sebab ini, tidak berarti menyangkal adanya sebab-sebab lain.

Kejahilan tentang agama mereka telah menjadikan kaum muslimin hampir kehilangan jejak dalam memilih jalan kehidupan. Menjadikan kurang sensitif terhadap arti pelanggaran terhadap hukum-hukum syar’i. Menerima hampir setiap sesuatu yang menyongsong mereka, terlepas dari halal dan haramnya hal itu.
Sebab kedua yaitu, tidak diterapkannya syar’iat Allah di bumi Indonesia ini adalah suatu kenyataan yang dibentuk dan dipertahankan oleh kekuatan-kekuatan kufur di luar dan di dalam negeri. Tidak diterapkannya syari’at dan ditinggalkannya hukum-hukum Allah adalah suatu kesyirikan yang besar sekali yang memayungi masyarakat. Kemurkaan Allah dan hukuman-Nya yang berat atas ummat ini sangat mungkin sekali kalau hal ini berlangsung terus tanpa perubahan. Peribadatan kepada Allah pun banyak yang runtuh di karenakan tersisihnya hukum Allah dan ditegakkannya hukum thaghut. Amar ma’ruf nahi mungkar, tak mungkin berdiri sebagai tiang utama masyarakat. Sehingga kemungkaran pun merajalela semau-maunya. Semua hal ini sangat mengancam kehidupan ummat Islami kita di dunia dan kebahagiaan kita di akhirat. Perubahan harus dilakukan !! Usaha-usaha menuju perubahan ini harus segera di mulai!! Masyarakat harus ditarbiyah, agar mereka siap menerapkan Islam pada diri mereka masing-masing, kemudian pada keluarga-keluarga mereka sampai mereka siap untuk ikut serta mendirikan syari’at Allah dalam kehidupan kenegaraan dan melenyapkan syari’at thaghut.
Usaha-usaha demikian harus benar-benar menjadi misi-misi pribadi kita, yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita masing-masing, sampai masyarakat Islami yang kita idam-idamkan benar-benar tegak dengan megah di bumi tercinta ini.
Dengan demikian terwujudlah atmosfir peribadatan yang sehat dan segar. Terjalinlah semua hubungan kemanusiaan atas dasar-dasar rahmat Ilahi. Tauhid pun akan berkembang dengan subur dan kesyirikan akan lenyap kemegahannya untuk kemudian mengecil, hina dan lenyap. Kemungkaran pun akan menyembunyikan sisa-sisa keberadaannya. Anak-anak Islam akan tumbuh di atas aqidah yang benar, remaja-remaja iman akan mengembang dengan akhlak yang mulia, ketika semua racun jahiliyyah lenyap dari udara yang dihirupnya dan ketika pohon-pohon kemaksiatan tersingkirkan dari jalan-jalan kehidupan mereka. Orang-orang tua akan mengenyam kebaktian anak-anak shaleh dan akan tentram di kehidupan yang penuh dzikrullah. Negara pun akan kuat perkasa menentang semua tekanan-tekanan jahiliyyah internasional dan melindungi masyarakat dari tusukan-tusukan ghazwul fikri. Orang-orang shaleh pun akan jaya dan orang-orang fasiq akan terendahkan. Jalan ke syurga pun insya Allah akan lebih terbuka.

AAS (02/02/09)

Berjuanglah….wahai saudaraku, berjuanglah…!! Musuh-musuhmu berjuang dan bergerak siang dan malam tanpa mengenal lelah. Mereka tidak mengharapkan apa-apa dari Allah, karena memang mereka tidak beriman kepada-Nya. Tetapi walaupun demikian mereka terus bergerak, berjuang dan berkorban demi tujuan-tujuan mereka yang bathil.
Engkau, wahai saudaraku, adalah seorang mukmin yang mengharapkan derajat yang tinggi di sisi Allah, di syurga-Nya kelak. Berjuanglah, berjuanglah dan berkorbanlah semaksimal mungkin !
Bergeraklah tanpa mengenal lelah, berjuanglah tanpa takut dan berkorbanlah tanpa ragu-ragu.
Selama aqidahmu benar, selama manhajmu benar, bergeraklah tanpa ragu. Jangan takut salah. Tak ada pejuang yang tidak bersalah. Hanya orang yang tidak berjuanglah yang tidak bersalah, karena dia sudah menjadi segumpal kesalahan. Berjuanglah, Rabb-mu mencintai setiap pejuang Islami dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Bergeraklah ya akhi…jangan sampai terlambat menyelamatkan saudara-saudaramu seagama yang sedang digiring ke pintu-pintu Jahannam. Usir semua bisikan yang menyuruhmu untuk membeku, tekan semua perasaanmu yang bergejolak untuk tidak mentaati pimpinanmu dalam hal ma’ruf, karena demikian adalah titik mula kegagalanmu. Jangan ikhlas pada dirimu sendiri, ikhlaslah hanya pada Allah.
Ketahuilah ya akhi…bahwa semua yang ada di sekelilingmu pun bergerak. Bumi yang kau pijak berputar, waktu dan hari-hari pun berlari, usiamu pun berlanjut dan musuh-musuhmu pun bergerak bagaikan binatang jalang.
Engkau adalah harapan ummat setelah Allah. Jangan kau kecewakan mereka. Betapa malunya engkau, ketika menemui Allah kelak, jika engkau hanya membeku dan menjadi penonton belaka. Betapa malunya jiwamu di hadapan tua renta yang tersesatkan sejak mudanya, kalau kau tidak berusaha menyelamatkan mereka dari Jahannam. Bagaimanakah nasib generasi anak-anakmu kelak engkau meninggalkan perjuangan sekarang.
Tunjukkan kepada Allah, bahwa dirimu adalah ksatria Islam yang gigih berusaha untuk mendirikan masayrakat Islami. Seorang pejuang yang berjuang untuk meninggikan kalimatullah dan bukan seorang insan yang hanya mengejar kenikmatan dunia belaka.

AAS (11/01/09)

SEBUAH HARAKAH (GERAKAN)

Diposting oleh AAS | 04.01 | | 0 komentar »

Di dalam kamus bahasa Arab “Lisan Al’Arab” (1/614……………) kata harakah yang berasal dari haraka berarti Dhid As Sukun (lawan kata dari diam, tak bergerak), yang berarti menyatakan bahwa harakah adalah suatu gerakan.
Saat kebodohan, keterbelakangan dan kehancuran dunia Islam mencapai titik klimaksnya, serta bangsa Barat pun mencoba memaksa bagian-bagian negeri kaum muslimin untuk tunduk di bawah kekuasaan militer, politik dan kebudayaannya, hingga pertarungan pun semakin sengit. Maka, muncullah tokoh-tokoh yang mengemban dakwah ummat di pundak-pundak mereka menuju kebangkitan serta mengerahkan semaksimal kemampuan mereka dalam mengembalikan kepercayaan Islam sebagai manhaj kehidupan yang sempurna setelah sebelumnya mengalami kemandulan dalam jiwa-jiwa dan akal-akal insani.
Sejumlah kaum muslimin pun menyambut seruan para pahlawan tersebut dan berdiri di bawah panji-panji mereka. Saat itulah lahir apa yang dikenal dengan “Harakah Islamiyah Moderen” yang diwujudkan melalui berbagai organisasi.
Jika kita mau merenungkan tentang dien ini, niscaya kita dapat menegtahui bahwa seluruh ungkapannya menjadikan para pemeluknya sebagai da’i (penyeru) ke jalan Allah dan penunjuk jalan-Nya. Jika semakin kita renungkan, seseorang dapat melihat bahwa siapa saja yang akan menjadi muslim tanpa peran dan tanggung jawabnya terhadap Islam, maka dia telah menempatkan dirinya sama seperti sikap beragamanya para pendeta di kuil-kuil, dan gereja-gereja, padahal di dalam Islam tidak ada namanya rahbaniyah (kependetaan).

Di antara perintah Rabbani pertama kali yang diturunkan dalam Al-Quran adalah : perintah memberi peringatan dan menyampaikan wahyu kepada seluruh mahluk. Allah Ta’ala berfirman :
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu beri peringatan!
(QS. 74 :1-2)
Kemudian, berlanjut dengan apa yang dinamakan fiqh dakwah, dimana ayat yang turun berisi tentang situasi dakwah, seperti firman Allah Ta’la :


“Maka sampaikanlah olehmu segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (Qs. 15:94)


Katakanlah : “Inilah jalan (agamaku), aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik” (Qs. 12:108).

Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik (Qs. 16:125)
Semua ayat tesebut menggambarkan sosok seorang da’i muslim yang mengikuti jejak hidup Nabi.
Di antara pembentukan penting pertama yang diperhatikan beliau adalah kepribadian da’i yang akan mengemban dan menyebarkan tanggung jawab dakwah. Orang yang pertama beliau dakwahkan adalah Abu Bakar As-Shiddiq yang merupakan sosok yang tidak pernah berhenti dan lelah berdakwah. Bahkan, beliaulah orang yang pertama bergerak menyebarkan dakwah secara maksimal, hingga 6 orang tokoh pemuda Quraisy masuk Islam, disamping upayanya yang besar dalam membebaskan para budak yang masuk Islam dari belenggu perbudakannya.
Sesungghnya gerakan para shahabat Nabi setelah beliau wafat merupakan bukti nyata bahwa kepribadian yang beliau bentuk dan bina adalah kepribadian mutaharrik (pergerakan) terhadap dien yang tidak pernah diam dan beku.
Kita memiliki teladan dan contoh terbaik yaitu imam para da’i di kalangan salafus shaleh yang merantau menyebarkan dan menghantarkan dakwah. Merekalah yang mengawali datang menemui sekian ummat, tanpa menunggu ummat datang menemui mereka untuk menanyakan banyak persoalan kepada mereka. Ingatlah kisah seorang Arab desa datang menemui Nabi dan berkata :

“Hai Muhammad ! Seorang utusanmu datang kepada kami, dia mengaku kepada kami bahwa engkau mengaku sebagai seorang yang diutus Allah?”
Seorang utusan Rasulullah telah mendatangi mereka sebagai seorang da’i demikianlah umat didatangi. Barangsiapa yang menunggu didatangi umat, maka dia bukanlah seorang da’i. Seandainya anda mau membedah ungkapan seorang Arab desa tadi, niscaya akan tampak jelas bagi anda bagaimana seorang shahabat yang menjadi da’i ini meninggalkan kota Madinah saat diutus Rasul ? Bagaimana dia berpisah dengan keluarga, handai taulan dan anak-anaknya ? Bagaimana dia menempuh satu padang pasir demi satu padang pasir ? Bagaimana dia melintasi banyak bahaya, udara panas dan dingin? Hanya untuk menyampaikan dakwah ?Inilah dakwah yang akan anda gapai sasarannya, sesuatu yang membutuhkan taharruk (gerakan), agresifitas (keterdepanan), pulang dan pergi, percakapan dan pengungkapan, bukan duduk bertopang dagu, serta berangan-angan mencapainya. Pahamilah perjalanan para salafus shaleh kita, teladani mereka, niscaya kita akan mencapainya. Jika tidak, berasyik-asyiklah di tempat kita, pasti kita akan gagal tanpa hasil nyata dan mulia.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata “ Menyampaikan sunnah Nabi kepada umat lebih utama daripada melemparkan anak panah ke leher-leher musuh, karena mengirimkan anak panah dapat dilakukan oleh mayoritas manusia, sedangkan menyampaikan sunnah beliau tidak dapat ditunaikan kecuali oleh para pewaris nabi dan khalifah umat. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka dengan karamah dan nikmat-Nya”
Ibrahim bin As’ats berkata : “ Dahulu, setiap kali kami keluar bersama Al Fudhail bin ‘Iyadh mengantar jenazah, beliau tidak henti-hentinya memberikan nasehat, mengingatkan dan menangis, sampai seakan-akan dia mau berpisah dengan para shahabatnya menuju akhirat hingga sampai ke pekuburan, beliau duduk seakan-akan berada di tengah mayit, berduka dan menangis sampai beliau berdiri, seakan-akan beliau baru kembali dari akhirat memberitahukan kejadian di sana”.
Syuja’ bin Walid berkata : “Dahulu, aku keluar bersama Sufyan Ats Tsauri. Di mana waktu pulang pergi lisan beliau tidak pernah lelah untuk ma’ruf nahi mungkar”.
Az Zuhri sendiri tidak merasa cukup mentarbiyah generasi penerus dan mencetak para imam hadits, bahkan beliau keluar terjun langsung ke desa-desa Arab untuk mengajarkan manusia.
Seorang ahli fiqh dan penasehat, Ahmad Al Ghazali (saudara kandung dari Al Ghazali rahimahullah) masuk ke kampung-kampung dan pelosok-pelosok untuk memberikan nasehat kepada penduduk sebagai taqarrubnya kepada Allah.
Taharruk (bergerak) untuk agama serta mengerahkan kemampuan secara maksimal dalam berdakwah ilallah, menegakkan syariat Allah dan meninggikan kalimat-Nya di muka bumi wajib menjadi unsur asasi di dalam rajutan-rajutan iman setiap muslim. Sehingga di setiap waktunya, diapun menghisab diri bertanya : apa yang telah aku khidmatkan untuk agama Allah ? Gelisah di pembaringan tanpa henti, tidak asyik dalam dengkuran tidurnya, tidak nikmat dalam kemilau hidupnya. Berita-berita kaum muslimin membuatnya senang dan sedih. Dia terus berpikir untuk menjalani sampainya kebenaran kepada setiap makhluk, khawatir lalai tidak sempurna. Dia tidak hanya berpikir untuk tetangganya saja, kawannya saja atau karib kerabatnya saja. Dia berpikir untuk seluruh penduduk belahan bumi manapun, bagaimana dia memasukkannya ke dalam Islam.
Alangkah banyaknya kelalaian yang kita ciptakan, jika bukan karena takut mungkin lemah. Kita meminta ampun dan bertaubat kepada Allah atas kelalaian yang kita perbuat. Sudah waktunya untuk kita katakan semaksimal yang kita mampu, sebagai kaffarat (penghapus) kekeliruan masa lalu dan dosa-dosa yang telah terlewat. Tidak lain kecuali, mengharap kemaafan Allah dan rahmat-Nya. Umur berlalu dengan cepat dan kehidupan hampir mencapai finishnya. Ya, memang sudah waktunya mengungkapkan seluruh kondisi kaum muslimin dan membela Islam semaksimal mungkin dengan ungkapan tegas, kalimat jelas dan amal yang lugas. Kita tak perlu takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Semua terjadi menurut batas yang diizinkan Allah kepada kita, bahkan Dia mewajibkan kita untuk mengatakannya dengan hidayah kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya.
Neger-negeri yang ada di belahan dunia Islam telah terperosok dalam jurang yang dalam tanpa tepi, jurang kekafiran, kebebasan dan kehancuran. Jika kita tidak berdiri menjadi nadzir (pengingat kewaspadaan), atau tidak mengawasi mereka dari api jahannam, tentu kita pun ikut terperosok bersama mereka, tertimpa berbagai bencana seperti mereka, serta dosa berlipat yang akan kita terima.

AAS ( 12/09/08)


Siapa Daku

Diposting oleh AAS | 02.23 | | 1 komentar »

Dengarlah kisah ini
Wahai putraku tercinta
Walaupun kau sekarang tak melihatku,
Bahkan tak mengenalku
Tapi aku ada..
Dan kau mendengar suara jiwaku
Dengan telinga lubuk hatimu
Sejak ratusan, bahkan lebih dari seribu tahun yang lalu
Aku berdiri gagah memayungi moyangmu
Mempersatukan mereka..
Mereka memang moyang teladan
Murni, di jalan kemurnian
Gagah berjuang menegakkan kebenaran
Hidup jaya atau mati mulia..

Dan akulah pemersatu dan pemayung mereka
Aku bangga sekali melihat kegagahan mereka
Memukul hancur benteng-benteng kebathilan
Menyelamatkan manusia dari kehancuran
Aku masih ingat ketika umbul-umbul salib runtuh di genangan darah kaum musyrikin
Sampai pada suatu zaman yang tak ku sangka akan pernah ada,
Di mana pewaris mereka mulai meninggalkan kemurnian
Sakit dan sedih hatiku..!
Tapi aku tak berdaya
Para pengkhianat dan kaum munafik berkembang biak di sekelilingku
Akibat tertanggalnya kemurnian
Putra sejati dan para lintah berbaur samar di mataku
Aku menjerit keras
Cepat kembali!
Bila tidak kalian akan hancur!
Tapi suaraku lenyap di telan kegelapan zaman..
Akhirnya, apa yang sejak semula ku takuti pun mulai nampak
Mereka melemah dan diriku pun mulai merapuh
Aku tak sanggup lagi mencegah keretakan mereka
dan kerapuhan diriku sendiri
Karena aku hanya bisa bertugas di alam kemurnian
Para lintah itu melata di sekujur tubuhku
Dan menghisap darahku!
Sekali lagi aku menjerit hampa..
Tapi tiada guna
Para penyembah salib mulai mendekati pintu gerbang rumahku
Mereka mulai masuk..ya, mereka mulai masuk!
Umbul-umbul yang ku benci selama ini ditancapkan di halamanku!
Ouh.., Aku tak kuasa melihatnya!
Mereka mulai memotong-motong jemari kakiku
Ouh.., pedih sekali..!
Darah mengalir di mana-mana!
Jeritan muslimah dipermalukan dan balita yang terkoyak dadanya membuat tubuhku berguncang keras!
Ouh.., mereka para penyembah salib mulai memotong-motong tubuhku dan memisahkannya
Akupun roboh tak berdaya
Tapi aku belum mati
Aku tertawan dan terkuburkan di bawah debu zaman
Aku tak sudi merintih sakit
Tapi aku tak tahan melihat penderitaan ummat kekasihku ini
Dari bawah debu zaman
Dengan tubuh terpisah-pisah
Dan tangan terlihat kuat
Aku masih bisa mendengar jeritan mereka
Jeritan ummat kebenaran kekasihku
Aku menunggu dan akan terus menunggu
Aku tak mungkin bangun kembali sebelum putra-putra sejatiku membangunkanku
Mereka yang bertekad berjuang
Dan meniti jalan kemurnian leluhur yang murni
Di mana kalian?!
Mengapa sampai sekarang aku belum melihat kalian?!
Tetapi akupun merasa kalian tak jauh dariku
Bangunkan aku!!
Cukup seratus tahun dalam tawanan di bawah debu zaman nan kelam
Kalian kan jaya, setelah aku bangun!
Jangan putus asa, aku sudah mendapat janji ‘tuk bangun kembali
Tiada jawaban?!
Tiada suara yang ku dengar selain jeritan
Apakah kalian masih tertidur nyenyak?
Ataukah jeritan-jeritan itu menutupi suara kalian?!
Entahlah..?!
Tapi aku kan tetap menunggu dan menunggu..