SEBUAH HARAKAH (GERAKAN)

Diposting oleh AAS | 04.01 | | 0 komentar »

Di dalam kamus bahasa Arab “Lisan Al’Arab” (1/614……………) kata harakah yang berasal dari haraka berarti Dhid As Sukun (lawan kata dari diam, tak bergerak), yang berarti menyatakan bahwa harakah adalah suatu gerakan.
Saat kebodohan, keterbelakangan dan kehancuran dunia Islam mencapai titik klimaksnya, serta bangsa Barat pun mencoba memaksa bagian-bagian negeri kaum muslimin untuk tunduk di bawah kekuasaan militer, politik dan kebudayaannya, hingga pertarungan pun semakin sengit. Maka, muncullah tokoh-tokoh yang mengemban dakwah ummat di pundak-pundak mereka menuju kebangkitan serta mengerahkan semaksimal kemampuan mereka dalam mengembalikan kepercayaan Islam sebagai manhaj kehidupan yang sempurna setelah sebelumnya mengalami kemandulan dalam jiwa-jiwa dan akal-akal insani.
Sejumlah kaum muslimin pun menyambut seruan para pahlawan tersebut dan berdiri di bawah panji-panji mereka. Saat itulah lahir apa yang dikenal dengan “Harakah Islamiyah Moderen” yang diwujudkan melalui berbagai organisasi.
Jika kita mau merenungkan tentang dien ini, niscaya kita dapat menegtahui bahwa seluruh ungkapannya menjadikan para pemeluknya sebagai da’i (penyeru) ke jalan Allah dan penunjuk jalan-Nya. Jika semakin kita renungkan, seseorang dapat melihat bahwa siapa saja yang akan menjadi muslim tanpa peran dan tanggung jawabnya terhadap Islam, maka dia telah menempatkan dirinya sama seperti sikap beragamanya para pendeta di kuil-kuil, dan gereja-gereja, padahal di dalam Islam tidak ada namanya rahbaniyah (kependetaan).

Di antara perintah Rabbani pertama kali yang diturunkan dalam Al-Quran adalah : perintah memberi peringatan dan menyampaikan wahyu kepada seluruh mahluk. Allah Ta’ala berfirman :
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu beri peringatan!
(QS. 74 :1-2)
Kemudian, berlanjut dengan apa yang dinamakan fiqh dakwah, dimana ayat yang turun berisi tentang situasi dakwah, seperti firman Allah Ta’la :


“Maka sampaikanlah olehmu segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (Qs. 15:94)


Katakanlah : “Inilah jalan (agamaku), aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik” (Qs. 12:108).

Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik (Qs. 16:125)
Semua ayat tesebut menggambarkan sosok seorang da’i muslim yang mengikuti jejak hidup Nabi.
Di antara pembentukan penting pertama yang diperhatikan beliau adalah kepribadian da’i yang akan mengemban dan menyebarkan tanggung jawab dakwah. Orang yang pertama beliau dakwahkan adalah Abu Bakar As-Shiddiq yang merupakan sosok yang tidak pernah berhenti dan lelah berdakwah. Bahkan, beliaulah orang yang pertama bergerak menyebarkan dakwah secara maksimal, hingga 6 orang tokoh pemuda Quraisy masuk Islam, disamping upayanya yang besar dalam membebaskan para budak yang masuk Islam dari belenggu perbudakannya.
Sesungghnya gerakan para shahabat Nabi setelah beliau wafat merupakan bukti nyata bahwa kepribadian yang beliau bentuk dan bina adalah kepribadian mutaharrik (pergerakan) terhadap dien yang tidak pernah diam dan beku.
Kita memiliki teladan dan contoh terbaik yaitu imam para da’i di kalangan salafus shaleh yang merantau menyebarkan dan menghantarkan dakwah. Merekalah yang mengawali datang menemui sekian ummat, tanpa menunggu ummat datang menemui mereka untuk menanyakan banyak persoalan kepada mereka. Ingatlah kisah seorang Arab desa datang menemui Nabi dan berkata :

“Hai Muhammad ! Seorang utusanmu datang kepada kami, dia mengaku kepada kami bahwa engkau mengaku sebagai seorang yang diutus Allah?”
Seorang utusan Rasulullah telah mendatangi mereka sebagai seorang da’i demikianlah umat didatangi. Barangsiapa yang menunggu didatangi umat, maka dia bukanlah seorang da’i. Seandainya anda mau membedah ungkapan seorang Arab desa tadi, niscaya akan tampak jelas bagi anda bagaimana seorang shahabat yang menjadi da’i ini meninggalkan kota Madinah saat diutus Rasul ? Bagaimana dia berpisah dengan keluarga, handai taulan dan anak-anaknya ? Bagaimana dia menempuh satu padang pasir demi satu padang pasir ? Bagaimana dia melintasi banyak bahaya, udara panas dan dingin? Hanya untuk menyampaikan dakwah ?Inilah dakwah yang akan anda gapai sasarannya, sesuatu yang membutuhkan taharruk (gerakan), agresifitas (keterdepanan), pulang dan pergi, percakapan dan pengungkapan, bukan duduk bertopang dagu, serta berangan-angan mencapainya. Pahamilah perjalanan para salafus shaleh kita, teladani mereka, niscaya kita akan mencapainya. Jika tidak, berasyik-asyiklah di tempat kita, pasti kita akan gagal tanpa hasil nyata dan mulia.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata “ Menyampaikan sunnah Nabi kepada umat lebih utama daripada melemparkan anak panah ke leher-leher musuh, karena mengirimkan anak panah dapat dilakukan oleh mayoritas manusia, sedangkan menyampaikan sunnah beliau tidak dapat ditunaikan kecuali oleh para pewaris nabi dan khalifah umat. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka dengan karamah dan nikmat-Nya”
Ibrahim bin As’ats berkata : “ Dahulu, setiap kali kami keluar bersama Al Fudhail bin ‘Iyadh mengantar jenazah, beliau tidak henti-hentinya memberikan nasehat, mengingatkan dan menangis, sampai seakan-akan dia mau berpisah dengan para shahabatnya menuju akhirat hingga sampai ke pekuburan, beliau duduk seakan-akan berada di tengah mayit, berduka dan menangis sampai beliau berdiri, seakan-akan beliau baru kembali dari akhirat memberitahukan kejadian di sana”.
Syuja’ bin Walid berkata : “Dahulu, aku keluar bersama Sufyan Ats Tsauri. Di mana waktu pulang pergi lisan beliau tidak pernah lelah untuk ma’ruf nahi mungkar”.
Az Zuhri sendiri tidak merasa cukup mentarbiyah generasi penerus dan mencetak para imam hadits, bahkan beliau keluar terjun langsung ke desa-desa Arab untuk mengajarkan manusia.
Seorang ahli fiqh dan penasehat, Ahmad Al Ghazali (saudara kandung dari Al Ghazali rahimahullah) masuk ke kampung-kampung dan pelosok-pelosok untuk memberikan nasehat kepada penduduk sebagai taqarrubnya kepada Allah.
Taharruk (bergerak) untuk agama serta mengerahkan kemampuan secara maksimal dalam berdakwah ilallah, menegakkan syariat Allah dan meninggikan kalimat-Nya di muka bumi wajib menjadi unsur asasi di dalam rajutan-rajutan iman setiap muslim. Sehingga di setiap waktunya, diapun menghisab diri bertanya : apa yang telah aku khidmatkan untuk agama Allah ? Gelisah di pembaringan tanpa henti, tidak asyik dalam dengkuran tidurnya, tidak nikmat dalam kemilau hidupnya. Berita-berita kaum muslimin membuatnya senang dan sedih. Dia terus berpikir untuk menjalani sampainya kebenaran kepada setiap makhluk, khawatir lalai tidak sempurna. Dia tidak hanya berpikir untuk tetangganya saja, kawannya saja atau karib kerabatnya saja. Dia berpikir untuk seluruh penduduk belahan bumi manapun, bagaimana dia memasukkannya ke dalam Islam.
Alangkah banyaknya kelalaian yang kita ciptakan, jika bukan karena takut mungkin lemah. Kita meminta ampun dan bertaubat kepada Allah atas kelalaian yang kita perbuat. Sudah waktunya untuk kita katakan semaksimal yang kita mampu, sebagai kaffarat (penghapus) kekeliruan masa lalu dan dosa-dosa yang telah terlewat. Tidak lain kecuali, mengharap kemaafan Allah dan rahmat-Nya. Umur berlalu dengan cepat dan kehidupan hampir mencapai finishnya. Ya, memang sudah waktunya mengungkapkan seluruh kondisi kaum muslimin dan membela Islam semaksimal mungkin dengan ungkapan tegas, kalimat jelas dan amal yang lugas. Kita tak perlu takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Semua terjadi menurut batas yang diizinkan Allah kepada kita, bahkan Dia mewajibkan kita untuk mengatakannya dengan hidayah kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya.
Neger-negeri yang ada di belahan dunia Islam telah terperosok dalam jurang yang dalam tanpa tepi, jurang kekafiran, kebebasan dan kehancuran. Jika kita tidak berdiri menjadi nadzir (pengingat kewaspadaan), atau tidak mengawasi mereka dari api jahannam, tentu kita pun ikut terperosok bersama mereka, tertimpa berbagai bencana seperti mereka, serta dosa berlipat yang akan kita terima.

AAS ( 12/09/08)


0 komentar

Posting Komentar