Siapa Daku

Diposting oleh AAS | 02.23 | | 1 komentar »

Dengarlah kisah ini
Wahai putraku tercinta
Walaupun kau sekarang tak melihatku,
Bahkan tak mengenalku
Tapi aku ada..
Dan kau mendengar suara jiwaku
Dengan telinga lubuk hatimu
Sejak ratusan, bahkan lebih dari seribu tahun yang lalu
Aku berdiri gagah memayungi moyangmu
Mempersatukan mereka..
Mereka memang moyang teladan
Murni, di jalan kemurnian
Gagah berjuang menegakkan kebenaran
Hidup jaya atau mati mulia..

Dan akulah pemersatu dan pemayung mereka
Aku bangga sekali melihat kegagahan mereka
Memukul hancur benteng-benteng kebathilan
Menyelamatkan manusia dari kehancuran
Aku masih ingat ketika umbul-umbul salib runtuh di genangan darah kaum musyrikin
Sampai pada suatu zaman yang tak ku sangka akan pernah ada,
Di mana pewaris mereka mulai meninggalkan kemurnian
Sakit dan sedih hatiku..!
Tapi aku tak berdaya
Para pengkhianat dan kaum munafik berkembang biak di sekelilingku
Akibat tertanggalnya kemurnian
Putra sejati dan para lintah berbaur samar di mataku
Aku menjerit keras
Cepat kembali!
Bila tidak kalian akan hancur!
Tapi suaraku lenyap di telan kegelapan zaman..
Akhirnya, apa yang sejak semula ku takuti pun mulai nampak
Mereka melemah dan diriku pun mulai merapuh
Aku tak sanggup lagi mencegah keretakan mereka
dan kerapuhan diriku sendiri
Karena aku hanya bisa bertugas di alam kemurnian
Para lintah itu melata di sekujur tubuhku
Dan menghisap darahku!
Sekali lagi aku menjerit hampa..
Tapi tiada guna
Para penyembah salib mulai mendekati pintu gerbang rumahku
Mereka mulai masuk..ya, mereka mulai masuk!
Umbul-umbul yang ku benci selama ini ditancapkan di halamanku!
Ouh.., Aku tak kuasa melihatnya!
Mereka mulai memotong-motong jemari kakiku
Ouh.., pedih sekali..!
Darah mengalir di mana-mana!
Jeritan muslimah dipermalukan dan balita yang terkoyak dadanya membuat tubuhku berguncang keras!
Ouh.., mereka para penyembah salib mulai memotong-motong tubuhku dan memisahkannya
Akupun roboh tak berdaya
Tapi aku belum mati
Aku tertawan dan terkuburkan di bawah debu zaman
Aku tak sudi merintih sakit
Tapi aku tak tahan melihat penderitaan ummat kekasihku ini
Dari bawah debu zaman
Dengan tubuh terpisah-pisah
Dan tangan terlihat kuat
Aku masih bisa mendengar jeritan mereka
Jeritan ummat kebenaran kekasihku
Aku menunggu dan akan terus menunggu
Aku tak mungkin bangun kembali sebelum putra-putra sejatiku membangunkanku
Mereka yang bertekad berjuang
Dan meniti jalan kemurnian leluhur yang murni
Di mana kalian?!
Mengapa sampai sekarang aku belum melihat kalian?!
Tetapi akupun merasa kalian tak jauh dariku
Bangunkan aku!!
Cukup seratus tahun dalam tawanan di bawah debu zaman nan kelam
Kalian kan jaya, setelah aku bangun!
Jangan putus asa, aku sudah mendapat janji ‘tuk bangun kembali
Tiada jawaban?!
Tiada suara yang ku dengar selain jeritan
Apakah kalian masih tertidur nyenyak?
Ataukah jeritan-jeritan itu menutupi suara kalian?!
Entahlah..?!
Tapi aku kan tetap menunggu dan menunggu..

1 komentar

  1. AAS // 7 Februari 2009 pukul 00.06  

    Ustadz syairnya di perbanyak dunks..biar mantab

Posting Komentar